Hal serupa dikeluhkan Omat Hidayat (32), sopir angkot jurusan Cileunyi-Majalaya.
Omat mengaku, dampak dari antrean yang kerap terjadi di SPBU membuat performanya semakin buruk.
Baca juga: Harga BBM Dikabarkan Naik Besok, Warga Lampung Antre Pertalite Ratusan Meter
Biasanya dalam sehari, Rohmat bisa menjalankan angkotnya 3 sampai 4 rit (pulang-pergi).
Namun, setelah terjadinya kenaikan BBM dan antrean di sepanjang SPBU ia hanya bisa narik 2-3 rit.
"Ya rugi lah, antrean kaya gini dampaknya ke kita yang banyak, waktu terbuang terus yang penumpang juga harus ekstra sabar, kadang ada aja yang ngeluh ke kita," ujar Omat.
Kepada Kompas.com Yusuf mengaku sudah beberapa kali mengisi bahan bakar di penjual bensin eceran.
Hal itu ia lakukan guna menghemat waktu, sekalipun harus merogoh kocek lebih banyak. Jika harga Pertalite di SPBU Rp 10.000 per liter, di tempat eceran Rp 12.000.
"Saya milih nambahin Rp 2.000 tapi performa saya tetap bagus, penumpang gak nunggu lama," kata dia.
Yusuf mengatakan, hampir rata-rata pengemudi driver online dan ojeg pangkalan saat ini kerap mengisi bensin di pedagang bensin eceran.
"Gak pernah tuh ada ceritanya pedagang eceran penuh, lebih praktis lagi," jelasnya.
Deden Nurhadi, Supervisor SPBU Rancaekek mengatakan, antrean panjang memang telah terjadi pasca-naiknya harga BBM. Terutama untuk pengisian Pertalite roda dua.
Deden menduga banyak pemilik kendaraan roda dua yang beralih dari Pertamax ke Pertalite akibat kenaikan harga BBM.
Hal itu terlihat dari stok Pertalite yang kerap habis lebih cepat.
"Sekarang 24 ton pengiriman bahan bakar itu, bisa habis hanya dalam beberapa hari saja, dulu kadang berimbang gitu antara Pertalite dan Pertamax," kata dia.
Antrean panjang yang kerap mengular hingga ke jalan, lanjut dia, terkadang membuat petugas kerepotan. Sebab ia dan sekuriti harus mengamankan atau merapikan lajur antrean.
"Ya kadang nambah pekerjaan, tapi gimana lagi namanya juga tugas supaya gak menganggu yang di jalan, ya harus diurai," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.