Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Bandang di Pamengpeuk, Pemkab Garut Tetapkan Tanggap Darurat 7 Hari

Kompas.com - 24/09/2022, 15:17 WIB
Ari Maulana Karang,
Krisiandi

Tim Redaksi

GARUT, KOMPAS.com – Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Garut pada Kamis (22/09/2022) malam, menyebabkan bencana banjir bandang dan longsor.

Sebanyak lima kecamatan terdampak bencana tersebut. Paling parah adalah Kecamatan Pamengpeuk.

Bahkan, banjir di kecamatan itu yang dinilai lebih besar dibanding banjir bandang pada 2020 lalu.

Wakil Bupati Garut Helmi Budiman menyampaikan, Pemerintah Kabupaten Garut telah menetapkan masa tanggap darurat bencana terhitung sejak Jumat (23/09/2022) hingga tujuh hari ke depan.

Baca juga: Terjebak Longsor di Gunung Gelap Garut, Pengguna Jalan Menginap di Mobil

Pemkab mencatat, banjir bandang di Kecamatan Pamengpeuk akibat luapan Sungai Cikaso dan Sungai Cipalebuh.

“Pamengpeuk ini, banjirnya lebih besar dari tahun 2020, kita tetapkan masa tanggap darurat mulai hari ini sampai tujuh hari ke depan,” katanya kepada wartawan, Jumat (23/09/2022) sore.

Di wilayah Kecamatan Pamengpeuk, sedikitnya 1.600 rumah terdampak banjir, dua diantaranya hancur.

Pemerintah pun, saat ini tengah berupaya membersihkan 40 rumah warga terdampak banjir  agar bisa kembali ditempati pemiliknya.

“Ada 40 rumah yang ngungsi di Desa Paas, kita sedang berusaha dibersihkan agar bisa ditempati lagi,” kata Helmi.

Selain Kecamatan Pamengpeuk, menurut Helmi, kecamatan lain yang terdampak bencana adalah Kecamatan Cisompet, Singajaya, Cihurip dan Cibalong. Keempat kecamatan itu mengalami bencana longsor. 

Di Kecamatan Singajaya, jalan yang menghubungkan Kecamatan Singajaya dan Cihurip putus akibat longsor. Sementara, daerah lainnya, banjir dan longsor mengakibatkan jembatan ambruk.

“Jembatan-jembatan yang putus itu di Cibalong ada dua, di Cisompet di Desa Haur Kuning, yang lainnya sedang didata dulu,” katanya.

Menurut Helami, ada dus opsi untuk mengatasi banjir bandang akibat luapan Sungai Cikaso dan Cipalebuh. Opsi pertama adalah merelokasi warga yang tinggal di sepanjang bantaran dua sungai tersebut dan kedua, membuat tanggul di sepanjang bantaran dua sungai tersebut.

Baca juga: Banjir Bandang dan Longsor di Garut, Satu Orang Meninggal

Opsi pertama, menurut Helmi, akan memakan biaya cukup tinggi karena saat ini di bantaran dua sungai tersebut sudah banyak rumah.

Pilihan paling rasional, menurut Helmi adalah dengan membuat tanggul bronjong di bantaran dua sungai tersebut.

“Untuk opsi tanggul, kita akan koordinasi dulu dengan pemerintah provinsi, karena ini jadi kewenangan provinsi,” katanya.

Terkait penyebab banjir, menurut Helmi salahsatunya adalah adanya kerusakan hutan di kawasan hulu sungai dan berkurangnya tegakan pohon-pohon besar. Karenanya, perlu ada upaya rehabilitasi lahan besar-besaran di kawasan hulu sungai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sambut Indonesia Emas 2045, GP Ansor Gelar Acara Gowes Sepeda Jakarta-Bogor

Sambut Indonesia Emas 2045, GP Ansor Gelar Acara Gowes Sepeda Jakarta-Bogor

Regional
Pengadaan Kapal Fiktif Rp 23,6 Miliar, Pengusaha Cilegon Divonis 4 Tahun Penjara

Pengadaan Kapal Fiktif Rp 23,6 Miliar, Pengusaha Cilegon Divonis 4 Tahun Penjara

Regional
5 Pemandian Air Panas Magelang, Ada yang Buka 24 Jam

5 Pemandian Air Panas Magelang, Ada yang Buka 24 Jam

Regional
Terduga Pelaku Pembunuhan Karyawan Toko Pakaian Asal Karanganyar Belum Tertangkap

Terduga Pelaku Pembunuhan Karyawan Toko Pakaian Asal Karanganyar Belum Tertangkap

Regional
Motif Pembunuhan Mantan Istri di Kubu Raya, Korban Minta Rp 2,5 Juta dan Cekcok

Motif Pembunuhan Mantan Istri di Kubu Raya, Korban Minta Rp 2,5 Juta dan Cekcok

Regional
Soal Hibah Pembangunan Gedung Baru Senilai Rp 7,3 M, Kejari Blora: Gedung Sempit

Soal Hibah Pembangunan Gedung Baru Senilai Rp 7,3 M, Kejari Blora: Gedung Sempit

Regional
Miring Sejak 2018, Jembatan Dermaga Sei Nyamuk di Pulau Sebatuk Ambruk

Miring Sejak 2018, Jembatan Dermaga Sei Nyamuk di Pulau Sebatuk Ambruk

Regional
Kesaksian Korban Truk Terguling di Kebumen: Remnya Blong, Bannya Bocor

Kesaksian Korban Truk Terguling di Kebumen: Remnya Blong, Bannya Bocor

Regional
Profil Gunung Ruang, dari Lokasi hingga Sejarah Erupsi

Profil Gunung Ruang, dari Lokasi hingga Sejarah Erupsi

Regional
BKSDA Bengkulu Berharap Warga Tak Pancing dan Matikan Buaya

BKSDA Bengkulu Berharap Warga Tak Pancing dan Matikan Buaya

Regional
Anggota DPRD Kota Serang Bakal Dapat 2 Baju Dinas Seharga Rp 8 Juta

Anggota DPRD Kota Serang Bakal Dapat 2 Baju Dinas Seharga Rp 8 Juta

Regional
Terjadi Hujan Kerikil dan Pasir Saat Gunung Ruang Meletus

Terjadi Hujan Kerikil dan Pasir Saat Gunung Ruang Meletus

Regional
Pemkab Agam Anggarkan Rp 2,2 Miliar untuk Rehabilitasi 106 Rumah

Pemkab Agam Anggarkan Rp 2,2 Miliar untuk Rehabilitasi 106 Rumah

Regional
Kronologi Menantu Otaki Pembunuhan Mertua di Kendari, Korban Sempat Diajak Berbelanja

Kronologi Menantu Otaki Pembunuhan Mertua di Kendari, Korban Sempat Diajak Berbelanja

Regional
Sederet Fakta Kasus Ibu dan Anak di Palembang Dibunuh Mantan Pegawai Suami

Sederet Fakta Kasus Ibu dan Anak di Palembang Dibunuh Mantan Pegawai Suami

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com