Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesta Miras Dicampur Minuman Saset, 3 Narapidana di Lapas Samarinda Tewas

Kompas.com - 24/09/2022, 13:31 WIB
Ahmad Riyadi,
Krisiandi

Tim Redaksi

SAMARINDA, KOMPAS.com – Empat orang narapidana di Lapas Klas II A Samarinda alami kejang-kejang usai menenggak minuman keras (miras) yang dicampur minuman saset pada Kamis malam (22/9/2022).

Setelah dirujuk ke rumah sakit, tiga orang di antaranya dinyatakan meninggal dunia.

Kepala Lapas Klas II A Samarinda, Ilham Agung mengatakan, kejadian itu bermula saat para narapidana lain tengah melaksanakan kegiatan keagamaan. Sementara empat korban ini tidak ikut lantaran non muslim. Mereka pun pesta miras dengan mencampurkan minuman sachet.

“Informasi dari teman sekamarnya itu, kami tanya mereka menjawab sepertinya minum alkohol dicampur minuman saset karena baunya bau alkohol, semuanya ditanya jawabannya seperti itu,” kata Ilham pada Jumat (23/9/2022).

Baca juga: 2 Bersaudara Napi High Risk yang Sering Bikin Ulah Dipindahkan ke Lapas Narkotika Samarinda

Kejadian itu baru diketahui setelah narapidana lain terkejut melihat keempat orang korban mengalami kejang-kejang.

Para narapidana pun langsung melapor ke petugas jaga dan keempatnya dilarikan ke Rumah Sakit.

“Saya dapat laporan dari komandan jaga Lapas sekira pukul 22.05 Wita itu ada satu napi yang harus dirujuk ke Rumah Sakit karena kejang-kejang. 15 menit kemudian minta izin lagi untuk merujuk tiga orang. Saya kaget kok habis rujuk satu orang ada lagi tiga orang, ada apa. Jadi kami langsung menuju Lapas,” terangnya.

Korban pertama dibawa ke Rumah Sakit Dirgahayu Samarinda, tiga lainnya dibawa ke Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie (AWS).

Sayangnya, tiga orang korban dinyatakan meninggal dunia dan tersisa satu orang yang masih dalam perawatan di RSUD AWS Samarinda.

“Yang di RS Dirgahayu meninggal kurang lebih jam 11 malam, selanjutnya jam 11.40 malam dari  RS AW Sjahranie mengabarkan satu napi meninggal, dan paginya sekitar 7.30 pagi satu lagi di RS AW Sjahranie meninggal, jadi total tiga meninggal, satu masih perawatan di AW Sjahranie, kondisinya mulai membaik sudah bisa diajak komunikasi,” jelas Ilham.

Menindaklanjuti kejadian itu, Kalapas bersama tim pengamanan dan kamtib langsung melakukan penggeledahan di kamar keempat napi tersebut. Benar saja, didapati botol yang diduga bekas alkohol yang dikonsumsi oleh keempat napi tersebut.

“Ada juga bungkusan minuman bubuk satu saset kami temukan, akhirnya dengan dasar itu kami memanggil 10 orang untuk dimintai keterangan, karena yang tahu persis pasti teman-temannya satu kamar. Setelah kami tanya mereka menjawab sepertinya minum alkohol dicampur minuman saset,” bebernya.

Baca juga: Petugas Lapas Narkotika Samarinda Gagalkan Penyelundupan Sabu-sabu Melalui Drone

Kejadian ini pun menjadi catatan pihaknya dan pelajaran untuk para petugas di lapangan agar lebih waspada. Ilham mengatakan pihaknya juga masih mendalami darimana para napi mendapatkan alkohol tersebut.

“Untuk dapatnya Alkohol masih kami dalami,” ujarnya.

Kasus ini pun masih didalami bekerja sama dengan Reskrim Polresta Samarinda serta Tim INafis yang telah datang ke Lapas dan Rumah Sakit tempat para korban.

Diketahui jasad korban masih berada di kamar mayat pada malam itu dan menunggu keluarganya datang lantaran korban merupakan warga luar daerah.

“Ada yang dari Penajam dan Kutai Barat. Ini masih menunggu keluarganya datang,” tandasnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gunung Ruang Erupsi, BMKG Imbau Waspada Potensi Tsunami

Gunung Ruang Erupsi, BMKG Imbau Waspada Potensi Tsunami

Regional
Kecelakaan Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024 di Banten Menurun, Korban Jiwa 7 Orang

Kecelakaan Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024 di Banten Menurun, Korban Jiwa 7 Orang

Regional
Tinggi Kolom Erupsi Eksplosif Gunung Ruang Sulut Capai 3.000 Meter

Tinggi Kolom Erupsi Eksplosif Gunung Ruang Sulut Capai 3.000 Meter

Regional
Gunung Ruang Status Tanggap Darurat, 11.615 Penduduk Harus Mengungsi

Gunung Ruang Status Tanggap Darurat, 11.615 Penduduk Harus Mengungsi

Regional
Skenario Menantu Rencanakan Pembunuhan Mertua di Kendari, Ajak Eksekutor Begal Korban

Skenario Menantu Rencanakan Pembunuhan Mertua di Kendari, Ajak Eksekutor Begal Korban

Regional
2,1 Juta Kendaraan Pribadi Keluar Masuk Jateng Selama Lebaran 2024

2,1 Juta Kendaraan Pribadi Keluar Masuk Jateng Selama Lebaran 2024

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Regional
Erupsi Gunung Ruang, PVMBG: Ada 2 Kampung Terdekat Berjarak 2,5 Km

Erupsi Gunung Ruang, PVMBG: Ada 2 Kampung Terdekat Berjarak 2,5 Km

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Regional
Percekcokan Pemuda Berujung Saling Serang di Kota Tual Maluku, 1 Korban Tewas

Percekcokan Pemuda Berujung Saling Serang di Kota Tual Maluku, 1 Korban Tewas

Regional
Ayah Perkosa Anak Kandung sampai Hamil di Banten, Sempat Temani Persalinan

Ayah Perkosa Anak Kandung sampai Hamil di Banten, Sempat Temani Persalinan

Regional
Melihat Kesibukan Warga Jawa Tondano Menyambut 'Bakdo Kupat'

Melihat Kesibukan Warga Jawa Tondano Menyambut "Bakdo Kupat"

Regional
Motif Menantu Otaki Pembunuhan Mertua di Kendari, Sakit Hati karena Tak Dianggap

Motif Menantu Otaki Pembunuhan Mertua di Kendari, Sakit Hati karena Tak Dianggap

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com