Bali merupakan salah satu basis perjuangan melawan penjajah Belanda.
Hal ini terungkap melalui sejumlah pelawanan yang terjadi di Bali, seperti Perang Jagaraga (1848-1849), Perang Kusamba (1849), Perlawanan Rakyat Banjar (1868), Perang Puputan Badung (1906), serta Puputan Klungkung (1908).
Selain itu, adanya Perang Puputan Margarana di Desa Marga, Tabanan yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai beserta Laskar Ciung wanara merupakan perang habis-habisan untuk melawan Belanda pada tahun 1946.
Monumen Bajra Sandhi dibangun untuk mengingatkan sejarah dan menghormati pahlawan yang telah mempertaruhkan nyawa.
Monumen merupakan rancangan oleh arsitek Ida Gede, pada tahun 1981. Kemudian, monumen mulai dibangun pada tahun 1987.
Dinding-dinding monumen dibuat dengan sistem tulang beton cor yang dilapisi dengan batuan andesit (lahar) supaya tahan terhadap guncangan.
Baca juga: Merasakan Diorama Bali Pra Sejarah di Monumen Bajra Sandhi
Penamaan Bajra Sandhi karena bentuk monumen menyerupai lonceng para pendeta Hindu.
Bajra berarti genta atau lonceng besar, yang pada bagian atasnya terdapat periuk (kumba) yang melambangkan Guci Amerta.
Genta yang menjulang di bagian atas monumen dimaknai sebagai lambang perjumpaan lingga, sebagai sisi maskulin, dan yoni, sisi feminin.
Lingga menjadi bangunan utama, sedangkan yoni merupakan bangunan dasar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.