Setelah tidak menjadi perdana menteri, Amir membentuk Front Demorasi Rakyat (FDR) yang bekerja sama dengan organisasi paham kiri, seperti Partai Komunis Indonesia, Pemuda Sosialis Indonesia, Barisan Tani Indonesia (BTI), dan lain-lain.
Alasan kedua adalah kedekatan Amir Sjarifuddin dengan Muso, tokoh PKI yang bercita-cita menyebarkan komunisme di Indonesia.
Kemudian, ada kekecewaan terhadap perdana menteri selanjutnya, yakni kabinet Hatta dengan program mengembalikan 100.000 tentara menjadi rakyat biasa untuk menghemat biaya.
Pembrontakan PKI Madiun diawali dengan melancarkan propaganda anti pemerintah dan pemogokan kerja oleh kaum buruh.
Pemberontakan juga dilakukan dengan menculik dan membunuh beberapa tokoh negara, seperti penembakan Kolonel Sutarto dan penculikan serta pembunuhan terhadap Gubernur Jawa Timur pertama, RM Ario Soerjo yang tengah berkunjung ke Ngawi.
Penculikan dan pembunuhan dilakukan kepada Dr Moewardi yang merupakan tokoh dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Baca juga: Amir Sjarifuddin, Kontroversi dan Perannya dalam Kemerdekaan Indonesia
Puncak pemberontakan terjadi pada tangga 18 September 1948, pemberontak berhasil menguasai Kota Madiun dan mengumumkan lahirnya Republik Soviet Indonesia.
Dalam mengatasi peristiwa ini, pemerintah menyadari bahwa yang dilakukan PKI sangat membahayakan negara.
Cara untuk mengakhiri pemberontakan, yaitu pertama Soekarno memperlihatkan pengaruhnya dengan meminta rakyat untuk memilih Soekarno-Hatta atau Muso-Amir.
Kedua, Penglima Besar Sudirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono di Jawa Timur untuk melakukan operasi penumpasan dibantu santri.
Pada 30 September 1948, Madiun diduduki lagi oleh RI. Sejumlah petinggi PKI melarikan diri ke Vietnam dan Tionghoa, seperti Lukman dan DN Aidit.
Kemudian, Amir Sjarifuddin ditangkap dan ditembak mati. Sedangkan, Muso tertembak dalam pertempuran kecil di Ponorogo.
Sumber:
sumber.belajar.kemdikbud.go.id
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.