KOMPAS.com - Jawa Barat memiliki sejumlah upacara adat yang masih dilestarikan hingga saat ini.
Upacara adat tersebut dilakukan dengan tujuan tertentu, seperti prosesi perkawinan, sembahyang, serta perayanan panen
Setiap upacara memiliki tata cara yang berbeda-beda sesuai dengan jenis upacaranya.
Berikut ini nama, tujuan, dan cara upacara adat Jawa Barat.
Upacara adat ngaruwat bumi berasal dari bahasa Sunda, yaitu ngarawat. Makna kata ngarawat adalah mengumpulkan atau memelihara.
Upacara adat ngaruwat bumi sudah berjalan selama ratusan tahun yang lalu.
Tujuan upacara ngaruwat bumi adalah sebagai ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai bentuk menolak bencana. Upacara ini juga sebagai bentuk penghormatan pada para leluhur.
Upacara adat ngaruwat bumi merupakan tradisi tahunan masyarakat Jawa Barat.
Biasanya, upacara dilakukan pada tanggal 4 sampai 5 September atau upacara dilakukan selama dua hari.
Baca juga: 5 Upacara Adat dari Maluku, dari Tradisi Sasi hingga Obor Pattimura
Ada sejumlah kegiatan yang dilakukan dalam upacara adat ngaruwat bumi, yaitu dadahun, ngadiuken, meuncit munding, ngalawar, sholawatan, numbal, ngarak Dewi Sri, nyawer Dewi Sri, dan pagelaran Wayang Golek.
Upacara adat sepitan juga dikenal dengan upacara khitanan. Upacara adat ini dilakukan hanya untuk anak laki-laki.
Tujuan upacara adat sepitan adalah agar alat vital bersih dari najis. Selain itu, upacara ini untuk memenuhi syarat utama dalam ajaran Islam.
Biasanya, upacara adat sepitan dilakukan jika anak laki-laki menginjak usia 6 tahun.
Cara pelaksanaan upacara adat ini dengan mengundang dokter atau paraji sunat, kerabat, dan tetangga. Sehingga, upacara dilakukan dengan penuh suka cita.
Upacara Adat nenjrag bumi banyak ditemukan pada masyarakat di Bandung. Tujuan upacara adat nenjrag bumi adalah supaya bayi tidak mudah kaget dan ketakutan.