Kondisi ini menyebabkan pasukan Islam Tamil di Bengkulu menyebar, di antaranya sampai ke Pariaman.
Sejak saat itu, Tabuik hadir dan menjadi budaya masyarakat Pariaman.
Secara simbolik, Tabuik menggambarkan kebesaran Allah SWT yang membawa terbang jenazah Husein ke langit dengan buraq karena meninggal mengenaskan dalam Perang Karbala.
Sejak 1982, Tabuik sebagai budaya penunjang pariwisata di Pariaman.
Tradisi Tabuik bersifat kolosal karena melibatkan banyak orang, mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan tahap akhir pada penyelesaian puncak acara.
Baca juga: Tari Tabuik, Tarian Tradisional di Sumatera Barat
Pada 1910 muncul kesepakatan antar nagari untuk menyesuaikan perayaan Tabuik dengan adat istiadat Minangkabau, sehingga tradisi Tabuik berkembang seperti saat ini.
Tabuik terdiri dari dua macam, yakni Tabuik Subarang dan Tabuik Pasa. Keduanya mengacu wilayah yang berbeda.
Tabuik Pasa (pasar) berasal dari sisi selatan sungai yang membelah kota hingga ke tepian Pantai Gandoriah.
Wilayah Pasa dianggap sebagai daerah asal mula tradisi Tabuik.
Sedangkan, Tabuik Subarang berasal dari daerah Subarang (seberang), yakni wilayah sisi utara sungai atau daerah yang disebut Kampung Jawa.
Tradisi Tabuik dimulai pada tanggal 1 Muharram, namun puncak acara tidak lagi pada tanggal 10 Muharram.
Puncak acara dapat dilakukan pada taggal 10-15 Muharram yang disesuaikan dengan akhir pekan.
Ada tujuh tahap rangkaian ritual Tabui, yaitu mengambil tanah, menebang batang pisang, mataam, mengarak jari-jari, mengarak sorban, tabuik naik pangkek, hoyak tabuik, dan membuang tabuik ke laut.
Pada puncak acara, Tabuik diarak menuju Pantai Gandoriah lalu dihoyak atau digoyangkan dan diambil semua benda-benda berharga yang dipasang pada Tabik.
Baca juga: Mengenal Bubur Asyura Khas Banjar yang Muncul Setiap 10 Muharram
Tahap selanjutnya, Tabuik dilarung ke laut sambil saling dibenturkan yang dilakukan pada saat matahari mulai tenggelam atau menjelang magrib.
Pantai Gandoriah menjadi pusat prosesi Tabuik.
Sumber:
rri.co.id, tribunpekanbarutravel.tribunnews.com, dan himatika.fst.uinjkt.ac.id
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.