PALEMBANG, KOMPAS.com - Unjuk rasa penolakan kenaikan BBM dari massa gabungan mahasiswa dan buruh di Palembang, Sumatera Selatan, berakhir ricuh, Kamis (8/9/2022).
Massa gabungan yang semula berpusat di simpang lima gedung DPRD Sumatera Selatan dipukul mundur pihak kepolisian karena kondisi yang tak kondusif.
Pantauan Kompas.com, massa yang semula mencoba merangsek masuk ke gedung DPRD Sumsel dihalau petugas. Akibatnya, kondisi jadi memanas.
Baca juga: Pedagang Nasi Kucing di Semarang Raih Berkah di Tengah Demo, Dagangannya Habis Diborong
Massa kemudian mulai melempari petugas dengan menggunakan botol bekas. Polisi pun beberapa kali memperingatkan massa aksi untuk tidak berbuat anarkis.
"Tolong tahan, jangan dilempar," kata Wakapolrestabes Palembang AKBP Andes Purwanti dengan pengeras suara.
Namun, massa tetap melempar dan membuat polisi mulai maju dengan menggunakan tameng.
Hingga akhirnya tembakan water canon dan gas air mata dilepaskan ke arah massa untuk membubarkan mereka.
Para mahasiswa dan buruh yang terkena gas air mata dan water canon pun langsung berhamburan lari menuju ke beberapa arah.
Baca juga: Polisi Bantah Sembunyikan Pemanah Saat Bentrok Demo BBM di Makassar
Mobil baracuda milik Brimob kemudian dimajukan untuk membubarkan massa.
Proses pembubaran pun berlangsung alot hingga petugas harus kembali membuat barikade di simpang lima DPRD Sumsel.
"Silahkan pergi, kosongkan simpang. Ini sudah sore waktunya sudah habis," ujar polisi membubarkan massa.
Beberapa para mahasiswa pun terlihat diamankan petugas lantaran diduga menjadi provokator dan dimasukkan ke dalam mobil Jatanras.
Hampir satu jam kemudian, massa membubarkan diri setelah dihalangi petugas.
Ketua Federasi Serikat Buruh (FSB) Niaga, Informatika, Keuangan, Perbankan dan Aneka industri (Nikeuba) Kota Palembang, Hermawan, dalam orasinya mengatakan, kebijakan Presiden Joko Widodo menaikkan harga BBM membuat masyarakat susah.
Sebab, kenaikan harga BBM membuat kebutuhan pokok juga mengalami lonjakan harga. Hal itu tak sebanding dengan upah yang diterima buruh.
"BBM namun gaji tak naik, mahasiswa dan buruh baru setuju kalau gaji juga naik," tegas Hermawan saat berorasi.
Di tahun 2022, gaji buruh pun tak mengalami kenaikan. Hal itu berbanding terbalik dengan kenaikan harga BBM.
"Jelas kenaikan harga BBM membuat susah. Harga kebutuhan pokok jadi naik, kami menolak kenaikan harga bbm," tutur dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.