KOMPAS.com - Polisi menyebut motif penganiayaan yang menewaskan santri Pondok Gontor diduga karena kesalahpahaman antara korban dan pelaku terkait kekurangan alat.
Saat penganiayaan terjadi, AM berperan sebagai ketua panitia dalam perkemahan Kamis Jumat di Pondok Gontor.
Sementara di Jawa Timur, esawat latih milik TNI AL jatuh di Selat Madura pada Rabu (7/9/2022) pukul 09.30 WIB.
Saat kecelakaan terjadi, pesawat sedang melaksanakan latihan dengan KRI-KRI di jajaran Koarmada II.
Dua berita tersebut menjadi perhatian pembaca Kompas.com dan berikut 5 berita selengkapnya:
Keluarga AM, santri asal Palembang, Sumatera Selatan, yang tewas di Pondok Gontor Kabupaten Ponorogo merasa Ponpes Gontor menutupi penyebab kematian AM.
Karena saat jenazah AM diantar pulang, pihak keluarga mendapatkan surat kematian dari RS Yasfin Darussalam Gontor yang menyatakan AM meninggal karena sakit.
Dalam surat yang diterbitkan pada hari kematian AM itu, tertulis nama dokter bernama Mukhlas Hamidy yang menyatakan korban meninggal karena penyakit tidak menular.
Adapun surat kematian tersebut diberikan langsung oleh seseorang yang mengaku sebagai perwakilan dari Gontor saat penyerahan jenazah.
Belakangan diketahui jika AM meninggal karena dianiaya. Selain AM, ada dua korban lainnya yang sempat menjalani perawatan di rumah sakit.
Menurut Catur, penganiayaan diduga karena kesalahpahaman antara korban dan pelaku lantaran masalah kekurangan alat.
Saat dianiaya pada Senin (22/8/2022), AM memang berperan sebagai ketua panitia dalam perkemahan Kamis Jumat (Perkajum).
Namun untuk motif utuh, Kapolres mengatakan, akan disampaikan setelah polisi memeriksa semua saksi termasuk saksi ahli.
Saat olah TKP pada Selasa (6/9/2022), polisi mengamankan beberapa barang bukti antara laian kentongan, air mineral, minyak kayu putih hingga becak.
Baca juga: Motif Penganiayaan Santri Pondok Gontor hingga Tewas, Diduga karena Masalah Kekurangan Alat
"Saya tadi pagi mengisi BBM Rp 50.000, karena hanya segitu kemampuanku. Masa saya sudah ada penumpang dan mau mengisi untuk kedua kalinya tidak bisa lagi. Tidak bisa begitu dong," komplain ojol yang belum diketahui identitasnya.
Namun petugas SPBU tetap ngotot dan tidak memperbolehkan pengisian untuk kedua kalinya meski pengisian pertama hanya Rp 50.000.
Terkait video tersebut, Senior Supervisor Communication & Relation PT Pertamina Regional Sulawesi, Taufik Kurniawan mengakui ada kesalahpahaman.
Dia pun mengungkapkan jika petugas SPBU di depan pintu 1 Unhas telah diberi teguran.
"Pure kesalahan operator Mas, sudah kami tegur. Salah pemahaman dia," katanya.
Baca juga: Viral Video Pengemudi Ojol Tidak Bisa Mengisi Pertalite 2 Kali Sehari, Pengisian Pertama Hanya Rp 50.000i
Mereka adalah dua orang menteri era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), seorang mantan Gubernur dan 3 mantan bupati.
Para napi tersebut mendapat bebas bersyarat sesuai hak mereka yang diatur dalam undang-undang.
Enam koruptor tersebut adalah Suryadarma Ali yang tercatat sebagai Mantan Menteri Agama era SBY dan Patrialis Akbar, mantan menteri hukum dan HAM dan Hakim Mahkamah Konstitusi (MK).
Serta Zumi Zola yang tercatat sebagai mantan Gubernur Jambi, Ojang Sohandi (mantan Bupati Subang), Irfan Rivano Muchtar (mantan Bupati Cianjur dan Supendi yang tercatat sebagai mantan Bupati Indramayu.
Pesawat latih milik TNI AL jatuh di Selat Madura pada Rabu (7/8/2022) sekitar pukul 09.30 WIB.
Pesawat latih TNI AL yang jatuh itu berjenis G-36 Bonanza T-2503.
Kadispen Koarmada II Letkol Asep Ardiansyah membenarkan bahwa pesawat latih milik TNI AL itu terjatuh.
"Benar, telah terjadi musibah kecelakaan jatuhnya pesawat udara (pesud) jenis G-36 Bonanza T-2503 milik TNI AL tadi pagi," kata Letkol Asep saat dihubungi Kompas.com, Rabu (7/9/2022).
Baca juga: Pesawat Latih Bonanza Milik TNI AL Jatuh di Selat Madura
Ia menjelaskan, pesawat latih milik TNI AL itu jatuh di Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS).
"Saat ini, TNI AL mengerahkan tujuh KRI, satu Pesud CN235, dua helikopter, dua KAL, dua tim Kopaska, dan dua tim penyelam," kata dia.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Hendra Cipto, Ghinan Salman | Editor : David Oliver Purba, Pythag Kurniati, Ardi Priyatno Utomo, Rachmawati)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.