KOMPAS.com - Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) Ponorogo, Jawa Timur menjadi sorotan setelah kasus penganiayaan santri hingga meninggal terkuak.
Pihak Pondok Gontor menjelaskan alasan mengapa tidak langsung melaporkan ke polisi soal adanya penganiayaan yang menewaskan santri berinisial AM asal Palembang, Sein (22/8/2022).
Juru Bicara PMDG Noor Syahid mengatakan, alasan pihak pondok tidak melaporkan kasus ini karena sebelum masuk sebagai calon santri, orangtua sudah menandatangani kesepakatan.
Dia menyebutkan bahwa setelah menandatangani kesepakatan tersebut, artinya orangtua telah menyerahkan anak mereka kepadda pihak Pondok Gontor dengan kesanggupan-kesanggupan.
“Intinya kalau dari awal tidak lapor itu, berawal dari ketika orangtua mencalonkan anaknya untuk menjadi siswa Gontor. Maka orangtua sudah menandatangani, menyerahkan anak kepada pihak Gontor dengan kesanggupan-kesanggupan. Antara lain untuk sanggup tidak memperkarakan apa yang terjadi kepada polisi,” kata dikutip darai Kompas.com, Rabu (7/9/2022).
Namun, Noor menegaskan kesepakatan itu bukan berarti karena PMDG tidak bersedia memproses hukum kasus tersebut.
Menurutnya, secara kelembagaan, PMDG tidak mengajarkan dan memberikan toleransi tindakan kejahatan sekecil apa pun.
“Ini harus dipahami. Bukan karena Gontor tidak mau proses hukum tidak. Tetapi secara lembaga Gontor tidak mengajarkan dan mentolerir tindakan kejatahan atau bullying dalam bentuk apa pun dan sekecil apa pun. Jangan sampai lembaga dianggap mengajarkan kekerasan,” jelas Noor.
Kalau terjadi kejahatan penganiayaan hingga bullying, kata Noor, hal itu dilakukan oleh oknum dan menjadi urusan individu. Negara bisa memproses hukum setelah santri yang terlibat dikeluarkan.
“Sama dengan pemerintah, kalau terjadi kejahatan turun dulu maka proses hukum,” kata Noor.
Sebelum kasus tersebut dilaporkan, pihak PMDG sudah berusaha semaksimal mungkin agar kedua belah pihak saling memaafkan.
“Kita terutama Gontor sangat berusaha bagaimana mereka bisa memahami mati sebenarnya menurut ajaran Islam. Itu bisa jadi sarana dan takdirnya seperti itu. Gontor berusaha semaksimal mungkin saling memaafkan,” kata Noor.
Baca juga: Mahfud MD Sebut Ponpes Gontor Akan Patuh Proses Hukum soal Santri Tewas Dianiaya
Sebelumnya diberitakan, seorang ibu bernama Soimah di Palembang, Sumatra Selatan mencurahkan isi hati mengenai kematian putranya yang merupakan santri Pondok Modern Darussalam Gontor.
Santri berinisial AM itu mulanya disebut meninggal karena kelelahan mengikuti perkemahan Kamis Jumat. Namun Soimah tak percaya dengan hal tersebut setelah melihat jasad putranya.
Pihak Pondok Gontor akhirnya mengakui menemukan dugaan penganiayaan dalam kasus kematian AM.
“Pada prinsipnya kami, Pondok Modem Darussalam Gontor, tidak memberikan toleransi segala aksi kekerasan di dalam lingkungan pesantren, apa pun bentuknya, termasuk dalam kasus almarhum AM ini,” jelas Juru Bicara PMDG Ponorogo Noor Syahid, Senin (5/9/2022).
Pondok Gontor mengaku telah mengeluarkan para terduga pelaku yang terlibat dalam kematian AM.
Sumber: Kompas.com (Penulis Kontributor Solo, Muhlis Al Alawi | Editor Pythag Kurniati)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.