Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Pesona Burung Mandar Batu Danau Limboto di Gorontalo

Kompas.com - 07/09/2022, 08:23 WIB
Rosyid A Azhar ,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com – Atraksi wisata yang sangat direkomendasikan di Danau Limboto, Gorontalo, adalah melihat langsung kehidupan burung-burung liar di habitatnya, salah satunya adalah mandar batu atau Common Moorhen (Gallinula chloropus).

Meskipun tidak sebesar mandar besar (Porphyrio porphyrio), mandar batu memiliki daya tarik yang sangat eksotis.

Secara morfologi burung ini memiliki dominasi warna bulu kehitaman, sedikit bulu putih bagian sampaing di bawah ekornya, terlihat sangat kontras sehingga mudah untuk dikenali, terutama saat burung meregangkan sayap-sayapnya.

Baca juga: Bukan di Danau Limboto, Burung Bermigrasi Lebih Mudah Diamati di Persawahan Sampingnya

Bulu kepala yang gelap juga kontras dengan warna pangkal paruh yang kemerahan hingga kebagian antara dua mata, sementara ujung paruhnya berwarna kekuningan. Jari-jari kakinya Panjang berguna saat berjalan di di atas cabang-cabang tanaman air atau rerumputan. Kaki-kakinya berwarna kehijauan.

Burung ini merupakan burung air yang habitatnya sangat tergantung pada lahan basah seperti danau, sungai, persawahan atau lainnya.

“Burung mandar batu banyak dijumpai di Danau Limboto dan sawah-sawah di pinggirnya,” kata Danny Rogi, penggiat lingkungan dari Perkumpulan Biodiversitas Gorontalo (Biota), Selasa (7/9/2022).

Danny Rogi menjelaskan, burung mandar batu ini sangat unik untuk diamati meskipun sebenarnya habitat burung ini tersebar luas di belahan bumi, namun karena tidak semua lokasi terdapat habitat hidup, burung ini jarang dilihat manusia.

Mandar batu terlihat sangat anggun saat menyeberangi bagian yang dipenuhi air. Gerakannya lembut tidak terburu-buru saat berada di air, apalagi saat mencari makanan, ia terlihat anggun mengawasi sekitarnya.

“Kami sering menemukan burung ini berada di antara rerimbunan semak tumbuhan air, berenang pelan-pelan, saat itulah kami membidikkan binokuler untuk mengukti pergerakannya. Ini pengalaman yang indah,” tutur Danny Rogi.

Baca juga: Dulopo, Cara Unik Menangkap Ikan Danau Limboto dengan Tangan

Burung liar ini terlihat lebih sehat dan indah jika berada di alam, berbeda sekali jika ditemukan di kurungan atau kandang. Sehingga Danny Rogi merekomendasikan untuk menyisihkan waktu menikmati burung ini di Danau Limboto, salah satu habitat alami di Gorontalo.

Ia mnejelaskan mengapa pengamatan satwa ini harus di danau, karena kawasan lahan basah ini luas sehingga punya banyak pilihan untuk menentukan lokasinya, habitat yang luas dengan tumbuhan semak menawarkan pemandangan yang indah, lembab penuh uap air dan terasa nyaman karena angin sellau berhembus ringan.

“Yang utama adalah tingkah polah atau perilaku mandar batu ini sangat menawan, warnanya sangat kuat dan kontras dengan rerumputan dan semak hijau, kitab isa mempelajari bagaimana ia hidup dan berperilaku di habitat alami,” ujar Danny Rogi.

Bagi warga sekitar Danau Limboto, burung mandar batu ini sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Burung ini sering terlihat berenang atau terbang di antara tanaman air.

“Kalau di Gorontalo burung ini biasa disebut dengan nama bontula,” tutur Rahman, warga Desa Hutadaa Kabupaten Gorontalo.

Rahman mengatakan saat danau masih penuh dengan dengan tanaman air, burung ini tak terhitung jumlahnya, banyak dijumpai terutama saat mencari makan di pagi hari. Burung ini juga menjadi incaran para pemburu.

Baca juga: Akhir Pekan, Perburuan Burung Marak di Danau Limboto, Pemburu Incar Jenis Tertentu

Sebagai suguhan wisata, waktu yang tepat untuk melihat mandar batu bisa sepanjang hari, namun pagi dan sore adalah yang disarankan.

Terutama sore hingga senja, burung ini biasa mencari makan di antara tanaman air, sesekali terbang pendek melewati genangan air untuk hingga di semak air.

Bonus melihat burung saat sore adalah menikmati senja di Danau Limboto, semilir angin dan suasana nyaman dengan kelembaban udara yang jenuh.

Selain teropong atau binokuler, bisa juga menggunakan spotting scope atau monokuler. Spotting scope ini lebih disarankan untuk penggunaan di kawasan luas yang tidak terhalang pohon-pohon besar atau semak yang tinggi.

Baca juga: Absen Saat Pandemi, Festival Danau Limboto Kembali Digelar, Diprediksi Ada Lebih dari 300.000 Pengunjung

Jika memiliki buku panduan lapangan untuk burung, lebih baik dibawa untuk pencocokan saat melihat burung secara langsung.

“Saat datang untuk pengamatan burung, warna pakaian tidak boleh menyolok, gunakan topi, hindari memakai parfum, dan jangan merokok. Tidak boleh meninggalkan sampah ya,” ucap Danny Rogi.

Burung mandar batu termasuk burung yang sangat peka dengan kehadiran manusia, ia bisa segera bergegas terbang menjauh jika merasa terancam.

Untuk mengamatinya bisa dilakukan dengan cara bersembunyi di balik pohon atau semak, pakaian dan topi kamuflase juga membantu agar tidak terlihat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Di Acara Halalbihalal, Kadis Kominfo Sumut Ajak Jajarannya Langsung Fokus Bekerja

Di Acara Halalbihalal, Kadis Kominfo Sumut Ajak Jajarannya Langsung Fokus Bekerja

Regional
Pemkot Tangerang Ingin Bangun Lebih Banyak Community Center yang Multifungsi

Pemkot Tangerang Ingin Bangun Lebih Banyak Community Center yang Multifungsi

Kilas Daerah
BMKG Prediksi Gelombang Tinggi dan Hujan Lebat di Wilayah Papua dan Maluku

BMKG Prediksi Gelombang Tinggi dan Hujan Lebat di Wilayah Papua dan Maluku

Regional
Rumah Terbakar di Kampar, Korban Sempat Selamatkan Sepeda Motor Saat Tabung Gas Meledak

Rumah Terbakar di Kampar, Korban Sempat Selamatkan Sepeda Motor Saat Tabung Gas Meledak

Regional
Berpotensi Jadi Tersangka, Polisi Buru Sopir Bus ALS yang Tewaskan 1 Penumpang di Agam

Berpotensi Jadi Tersangka, Polisi Buru Sopir Bus ALS yang Tewaskan 1 Penumpang di Agam

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
[POPULER NUSANTARA] Penemuan Kerangka Manusia di Gunung Slamet | Penipuan Katering Buka Puasa di Masjid Sheikh Zayed

[POPULER NUSANTARA] Penemuan Kerangka Manusia di Gunung Slamet | Penipuan Katering Buka Puasa di Masjid Sheikh Zayed

Regional
4.299 Hektare Sawah Gagal Panen Selama Banjir Demak, Produksi Beras Terancam Menurun Tahun Ini

4.299 Hektare Sawah Gagal Panen Selama Banjir Demak, Produksi Beras Terancam Menurun Tahun Ini

Regional
Curhat Korban Penipuan Katering Masjid Syeikh Zayed, Pelaku Orang Dekat dan Bingung Lunasi Utang

Curhat Korban Penipuan Katering Masjid Syeikh Zayed, Pelaku Orang Dekat dan Bingung Lunasi Utang

Regional
Imbas Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup hingga Besok

Imbas Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup hingga Besok

Regional
Calon Gubernur-Wagub Babel Jalur Perseorangan Harus Kumpulkan 106.443 Dukungan

Calon Gubernur-Wagub Babel Jalur Perseorangan Harus Kumpulkan 106.443 Dukungan

Regional
Keuchik Demo di Kantor Gubernur Aceh, Minta Masa Jabatannya Ikut Jadi 8 Tahun

Keuchik Demo di Kantor Gubernur Aceh, Minta Masa Jabatannya Ikut Jadi 8 Tahun

Regional
Hilang sejak Malam Takbiran, Wanita Ditemukan Tewas Tertutup Plastik di Sukoharjo

Hilang sejak Malam Takbiran, Wanita Ditemukan Tewas Tertutup Plastik di Sukoharjo

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com