Padahal, ketika bisa melaut, hasilnya tidak menentu. Kadang dapat ikan banyak, kadang sedikit.
"Sekali berangkat, kami setidaknya mengeluarkan uang untuk beli rokok, makan, dan solar. Sehari kami mengeluarkan Rp 450.000. Sementara hasilnya tidak menentu," kata Yitno.
Yitno yang juga ketua rukun nelayan Bandengan mengatakan, untuk menutup kebutuhan rumah tangga sehari-hari.
Banyak nelayan yang terpaksa harus hutang atau menjual barang berharga miliknya.
"Kami pasrah. Kami orang kecil, tidak bisa berbuat apa-apa, selain bertahan hidup," ujar Yitno.
Nasib nelayan Bandengan, Kecamatan Kendal, juga dialami oleh Amon, nelayan Gempolsewu, Kecamatan Rowosari.
Menurut Amon, dirinya dan nelayan lain di Gempolsewu, jarang melaut karena sulit mencari solar. Dirinya ingin wakil rakyat bisa mendengar jeritan nelayan ini.
“Solar naik, tapi sulit dicari. Kami tidak bisa cari ikan di laut. Keluarga kami, harus makan apa,” kata Amon.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Kendal, Triyono menuturkan, pihaknya sudah menyampaikan keluhan nelayan Kendal ke HNSI Jawa Tengah.
Ia berharap ada solusi dari pemerintah, supaya nelayan tidak kesulitan mendapatkan solar.
“Solar itu, kan kebutuhan pokok nelayan. Kalau tidak ada solar, mereka tidak bisa melaut,” kata Triyono.