SEMARANG, KOMPAS.com - Sebanyak 300 buruh di Jawa Tengah berunjuk rasa menolak kenaikan harga BBM di depan Kantor DPRD Jateng, pada Selasa (6/9/2022).
Buruh yang berunjuk rasa mengeluhkan soal upah yang masih rendah di tengah kenaikan harga BBM.
Beberapa buruh mengaku hanya mendapat menaikkan upah sebesar Rp 1.400 saja tahun lalu.
Sehingga, harga BBM yang naik menjadi beban bagi mereka.
Baca juga: Tak Hanya Didenda Rp 1 Juta, Warga Semarang yang Beri Uang ke Pengemis Terancam Hukuman 3 Bulan
Koodinator Aksi, Aulia Hakim menyebutkan, kenaikan BBM sangat berpeluang menurunkan daya beli masyarakat sebesar 50 persen.
Padahal, ia menilai saat ini sudah turun 30 persen.
“Penyebab turunnya daya beli adalah peningkatan angka inflansi menjadi 6,5 persen hingga 8 persen, sehingga harga kebutuhan pokok akan meroket,” kata Aulia, kepada Kompas.com, Selasa.
Di samping itu, massa aksi yang tegabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Rakyat Indonesia (KSPI) Jateng itu menilai tak selayaknya BBM dinaikkan mengingat harga minyak dunia mengalami penurunan.
“Terkesan sekali, pemerintah hanya mencari untung di tengah kesulitan rakyat,” sebut Aulia, yang juga Sekretaris Perda KSPI Jateng itu.
Sementara, menanggapi rencana bantuan subsidi Rp 150.000 selama empat bulan, pihaknya menganggap itu hanya pemanis semata untuk mencegah para buruh beraksi turun ke jalan.
Padahal, nominal bantuan tersebut dinilai tak cukup untuk menutupi kenaikan harga dari dampak inflasi yang meroket.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.