Dilansir dari kemdikbud.go.id, pada masa Luwu kuno, senjata ini diberi nama kalio. Saat itu kalio lebih sering digunakan untuk pertanian selain untuk menjaga diri.
Dalam naskah klasik Lagaligo, Luwu disebut menjadi awal peradaban besi di tanah Sulawesi.
Bahkan, hingga saat ini masih banyak artefak-artefak kuno yang ditemukan di wilayah Luwu dan menceritakan perkembangan peradaban badik.
Dwia Aries Tina Pulubuhu, sosiolog dari Universitas Hasanuddin saat diwawancara Kompas.com saat itu menyebutkan, bagi masyarakat Sulawesi Selatan, badik juga simbol identitas diri bagi kaum pria.
"Badik adalah identitas kelelakian bagi suku Bugis - Makassar makanya zaman dulu kemanapun pergi maka badik tetap terselip dipinggang dan melucuti badik sama dengan melucuti identitas kelelakiannya namun demikian mencabut badik bukanlah sembarangan melainkan hanya untuk beberapa hal seperti menegakkan Siri' (hukum adat), bertahan jika diserang, melindungi harkat perempuan dan membela pemimpin atau pun negara," katanya.
Namun demikian, secara terlepas dari keunikan masing-masing badik yang ada di Sulawesi Selatan,setiap badik memiliki filosofi dan tujuan yang sama, yaitu rasa ingin aman, damai, dan terlindungi.
Seiring perkembangan zaman, bentuk badik mulai bervariasi. Para empu bugis mulai membuat badik alif, yaitu model shalat, berdoa dan model duduk di singgasana.
Namun demikian, variasi itu tidak mengurangi aspek estetika dan nilai filosofi badik-badik sebelumnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.