Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Harga BBM Naik, Nelayan: Kami Harus Dapat Rp 1,5 Juta Sehari agar Dapur Ngebul

Kompas.com - 05/09/2022, 16:33 WIB
Firmansyah,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

BENGKULU, KOMPAS.com - Kenaikan harga BBM, terutama Pertalite, membuat ratusan nelayan pinggir dan pancing tuna memeras otak karena operasional semakin bertambah.

Sejumlah nelayan mengatakan, mereka harus mendapatkan uang Rp 1,5 juta setiap hari kalau mau dapur ngebul.

"Biaya operasional semakin membengkak, karena selama ini biaya kebutuhan BBM berkisar Rp 600.000, sekarang biaya tersebut tidak cukup karena Pertalite naik," kata Agus, seorang nelayan di Desa Linau, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, saat diwawancarai, Senin (5/9/2022).

"Pemenuhan kebutuhan BBM nelayan ini sangat bergantung dengan warung. Saat hasil tangkapan nelayan tidak ada, nelayan masih bisa ngutang di warung. Artinya, harga (BBM) di warung akan lebih meningkat dibanding harga di SPBU. Sekarang, kalau nelayan rumpon menghasilkan Rp 1 juta per hari, itu hanya cukup buat kebutuhan operasional untuk BBM dan kebutuhan alat pancing lainnya," sambung dia.

Baca juga: Saat Penumpang Makin Sepi, Angkot di Kabupaten Bandung Dipusingkan Kenaikan Harga BBM

Agus mengatakan, naiknya harga Pertalite di SPBU akan membuat pengecer menaikkan harga menjadi Rp 13.000 per liter.

Sementara untuk sekali melaut, minimal dibutuhkan 50 liter Pertalite ditambah dua botol oli yang harganya Rp 80.000 per botol.

Dengan kata lain, nelayan membutuhkan sedikitnya Rp 810.000 untuk kebutuhan bensin dan oli saja.

"Pengeluaran nelayan sekali melaut sebanyak Rp 810.000 (untuk bensin dan oli). Itu belum pancing, baterai GPS. Makanya, sekarang nelayan harus menghasilkan (minimal) Rp 1,5 juta per hari biar mereka dapat upah untuk memenuhi kebutuhan dapur. Rp 1,5 juta itu wajib dapat, belum dibagi Anak Buah Kapal (ABK) kalau dapur masih mau ngebul," tambah Agus.

Subsidi nelayan

Agus berpendapat, seharusnya kenaikan harga BBM ada pengecualian untuk sektor kelautan, khususnya nelayan kecil.

"Menjadi nelayan sekarang seperti main judi," pungkas dia.

Kenaikan harga BBM di Bengkulu mendapatkan penolakan sejumlah masyarakat. Kelompok mahasiswa dalam beberapa hari terakhir di Bengkulu juga menggelar unjuk rasa kenaikan harga BBM.

Koordinator Aksi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Bengkulu, Riky Pratama Putra mengatakan, aksi ini digelar sebagai aksi protes pada pemerintahan Joko Widodo yang telah menaikan harga BBM yang mengakibatkan sejumlah bahan pokok akan ikut naik dan membuat masyarakat semakin tertindas dan menderita.

Baca juga: Tarif Bus Antarprovinsi dan Damri di Bengkulu Sudah Naik hingga 30 Persen

Mahasiswa menuding pemerintah telah berbohong berjanji tidak menaikkan BBM, tetapi nyatanya justru sebaliknya.

"Pemerintah telah berbohong pada rakyatnya, sebelumnya Presiden Jokowi berjanji tidak akan ada kenaikan harga BBM pada tahun ini, tapi kenyataan BBM telah dinaikan, bahkan selain BBM nonsubsidi juga ikut naik," ujar Riki, dalam rilisnya, Senin (5/9/2022).

Para mahasiswa juga mendesak Joko Widodo mundur dari jabatannya sebagai presiden bila harga BBM tidak diturunkan kembali.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

6 Hektar Lahan di Badau Belitung Terbakar, Asap Selimuti Jalan, Jarak Pandang Terbatas

6 Hektar Lahan di Badau Belitung Terbakar, Asap Selimuti Jalan, Jarak Pandang Terbatas

Regional
Kabar Terkini Kasus 'Bullying' di Cilacap: 2 Pelaku Jadi Tersangka

Kabar Terkini Kasus "Bullying" di Cilacap: 2 Pelaku Jadi Tersangka

Regional
Warga Aceh Timur yang Mengungsi akibat Bau Gas PT Medco Bertambah Jadi 678 Orang

Warga Aceh Timur yang Mengungsi akibat Bau Gas PT Medco Bertambah Jadi 678 Orang

Regional
Hadiri Tradisi Pengulasan Golok Ciomas, Al Muktabar Ajak Masyarakat Lestarikan Budaya Banten

Hadiri Tradisi Pengulasan Golok Ciomas, Al Muktabar Ajak Masyarakat Lestarikan Budaya Banten

Regional
Kisah Pekerja Migran Asal Lombok, 3 Bulan Tak Ada Kabar, Pulang dalam Kondisi Lumpuh

Kisah Pekerja Migran Asal Lombok, 3 Bulan Tak Ada Kabar, Pulang dalam Kondisi Lumpuh

Regional
3 Siswa SD di NTT Mengaku Diminta Kepsek Jilat Tembok dan Makan Kertas, Orangtua Lapor ke Polisi

3 Siswa SD di NTT Mengaku Diminta Kepsek Jilat Tembok dan Makan Kertas, Orangtua Lapor ke Polisi

Regional
Kondisi Terkini Korban 'Bullying' di Cilacap, Polisi: Tadi Malam Korban Merasa Sesak

Kondisi Terkini Korban "Bullying" di Cilacap, Polisi: Tadi Malam Korban Merasa Sesak

Regional
Dendam karena Diputus, Pria di Batam Sebar Video Asusila Mantan Pacar

Dendam karena Diputus, Pria di Batam Sebar Video Asusila Mantan Pacar

Regional
Perahu Muatan Bibit Sawit Karam di Sungai Indragiri Hilir Riau, 2 Orang Hilang

Perahu Muatan Bibit Sawit Karam di Sungai Indragiri Hilir Riau, 2 Orang Hilang

Regional
15 Hari Jelang MotoGP 2023, Tiket Sudah Terjual 20.000 dari Target 60.000

15 Hari Jelang MotoGP 2023, Tiket Sudah Terjual 20.000 dari Target 60.000

Regional
Anas Urbaningrum: 2 Poros Pilpres 2024 Sulit Direalisasikan

Anas Urbaningrum: 2 Poros Pilpres 2024 Sulit Direalisasikan

Regional
Kisah Dokter Chandra, Anak Kampung Pedalaman Jambi yang Jadi Tim Dokter Kepresidenan

Kisah Dokter Chandra, Anak Kampung Pedalaman Jambi yang Jadi Tim Dokter Kepresidenan

Regional
Sebar Berita Hoaks Meresahkan via Grup WA, Tukang Bangunan di Kupang Ditangkap

Sebar Berita Hoaks Meresahkan via Grup WA, Tukang Bangunan di Kupang Ditangkap

Regional
Tim SAR Lakukan Pencarian 5 Awak Kapal yang Hilang di Perairan Bangka Belitung

Tim SAR Lakukan Pencarian 5 Awak Kapal yang Hilang di Perairan Bangka Belitung

Regional
Polisi Diduga Aniaya Sesama Anggota Polisi di Manado, TKP di Gudang Toko Mainan Anak

Polisi Diduga Aniaya Sesama Anggota Polisi di Manado, TKP di Gudang Toko Mainan Anak

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com