Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/09/2022, 14:48 WIB
Idham Khalid,
Andi Hartik

Tim Redaksi

MATARAM, KOMPAS.com - Ribuan mahasiswa berdemonstrasi di depan kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (5/9/2022). Aksi demonstrasi itu merupakan bentuk protes atas kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berlaku sejak Sabtu (3/9/2022).

Pantauan Kompas.com di depan gedung DPRD NTB, massa aksi mendatangi kantor DPRD mulai pukul 9.00 Wita. Mereka membawa keranda, poster penolakan kenaikan BBM, dan sejumlah perangkat aksi lainnya.

Suasana aksi sempat tegang saat sejumlah mahasiswa mendobrak pintu gerbang DPRD NTB hingga terjadi saling dorong mendorong dengan kepolisian.

Baca juga: Berkenalan dengan James Bond, Kuda Pacuan Gubernur NTB, Diberi Makan Madu hingga Telur Ayam Kampung

"Hari ini kita turun ke jalan bukan ditunggangi kepentingan politik apapun, tapi atas kepentingan rakyat yang sakit tertindas atas kenaikan harga BBM," ungkap Andri, salah satu peserta aksi.

Andri mengungkapkan, orangtuanya merupakan nelayan. Kenaikan harga BBM tersebut membuat biaya produksi untuk nelayan juga naik.

"Hasil tangkapan itu tidak sesuai dengan harga jual sehingga lebih besar biaya produksi ketimbang harga jualnya sehingga itu yang berefek pada sektor nelayan. Saya tahu karena bapak saya juga nelayan," kata Andri.

Baca juga: Dugaan Judi di Arena Pacuan Kuda, Ini Tanggapan Gubernur NTB

Senada dengan Andri, Ketua Kesatuan Perjuangan Rakyat (KPR) NTB, Hamid mengungkapkan, kebijakan kenaikan harga BBM tersebut sebagai bentuk ketidakpedulian pemerintah terhadap rakyatnya.

"Keputusan Presiden tentang kenaikan harga BBM hari ini kenapa kita menolak karena ini tidak sesuai dengan keadaan dan situasi ekonomi rakyat hari ini gitu. Kenaikan BBM ini kan akan berefek pada semua lini sektor," kata Hamid.

Suasana demonstrasi kenaikan BBM di NTB Senin (5/9/2022)KOMPAS.COM/IDHAM KHALID Suasana demonstrasi kenaikan BBM di NTB Senin (5/9/2022)
Hamid mengungkapkan, ada hal yang janggal atas kebijakan pemerintah soal kenaikan harga BBM. Sebab, pemerintah menaikkan harga BBM di tengah harga minyak dunia turun.

"Keputusan tentang kenaikan harga BBM biar bisa menyelamatkan krisis itu bukan solusinya. Di tengah situasi harga minyak dunia sedang turun, kenapa negara Indonesia menaikkan harga bahan bakar minyak, itu kan aneh," ungkap Hamid.

Semetara itu, Ketua DPRD NTB, Baiq Isvie Rupaeda mengungkapkan, pihaknya akan membawa tuntutan tersebut ke pemerintah pusat.

"Sama terima tuntutan ini agar segera dikirimkan ke Jakarta. Saya akan kawal tuntutan massa semuanya," kata Isvie.

Isvie menegaskan bahwa dirinya akan selalu bersama rakyat.

"Terima kasih atas kehadiran adik-adik (massa) menyuarakan suara rakyat. Kami akan menyampaikan kepada Presiden Jokowi atas tuntutan sikap-sikap, yang mana dapat menyengsarakan rakyat Indonesia," kata Isvie.

Chrisstella Efivania Rosaline Dampak kenaikan harga BBM yang mulai dirasakan masyarakat, mulai dari kenaikan tarif angkutan umum, hingga harga makanan di warteg yang juga naik.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Kronologi dan Penyebab Kapal 20 Turis Asing Terbakar di Raja Ampat

Kronologi dan Penyebab Kapal 20 Turis Asing Terbakar di Raja Ampat

Regional
Tangan Balita di Cimahi Tersangkut di Kloset Jongkok, Keluarga Minta Bantuan Damkar, Lantai Pun Dibongkar

Tangan Balita di Cimahi Tersangkut di Kloset Jongkok, Keluarga Minta Bantuan Damkar, Lantai Pun Dibongkar

Regional
Oknum KPLP Lapas Nunukan yang Aniaya Napi hingga Tewas Divonis 3 Tahun, Lebih Rendah dari Tuntutan Jaksa

Oknum KPLP Lapas Nunukan yang Aniaya Napi hingga Tewas Divonis 3 Tahun, Lebih Rendah dari Tuntutan Jaksa

Regional
Mari Bantu Leni, Anak Yatim Piatu yang Jalan Kaki 14 Km ke Sekolah dan Jualan Kelapa untuk Menyambung Hidup

Mari Bantu Leni, Anak Yatim Piatu yang Jalan Kaki 14 Km ke Sekolah dan Jualan Kelapa untuk Menyambung Hidup

Regional
SBY Bantah Restui Petinggi Demokrat Beralih Dukung Ganjar-Mahfud

SBY Bantah Restui Petinggi Demokrat Beralih Dukung Ganjar-Mahfud

Regional
[POPULER REGIONAL] Demo Tolak Pengungsi Etnis Rohingya | Sidang Perdana Gugatan Batas Usia Capres-Cawapres

[POPULER REGIONAL] Demo Tolak Pengungsi Etnis Rohingya | Sidang Perdana Gugatan Batas Usia Capres-Cawapres

Regional
Prakiraan Cuaca di Malang Hari Ini, 01 Desember 2023: Pagi Berawan dan Sore Hujan Petir

Prakiraan Cuaca di Malang Hari Ini, 01 Desember 2023: Pagi Berawan dan Sore Hujan Petir

Regional
Besaran UMP 2024 untuk 8 Provinsi di Kepulauan Maluku dan Papua

Besaran UMP 2024 untuk 8 Provinsi di Kepulauan Maluku dan Papua

Regional
Baju Sangkarut, Rompi Khas Bagi Laki-laki Suku Dayak Ngaju

Baju Sangkarut, Rompi Khas Bagi Laki-laki Suku Dayak Ngaju

Regional
Sempat Bolak-balik, Berkas Perkara Cabul Anak Didik di Pontianak Hingga Hamil Akhirnya P21

Sempat Bolak-balik, Berkas Perkara Cabul Anak Didik di Pontianak Hingga Hamil Akhirnya P21

Regional
Detik-detik Karyawan Perusahaan Ditembak Rampok, Proyektil Bersarang di Tenggorokan Korban

Detik-detik Karyawan Perusahaan Ditembak Rampok, Proyektil Bersarang di Tenggorokan Korban

Regional
Rekonstruksi KDRT yang Tewaskan Ibu 2 Anak di Semarang Digelar, Ibu Korban Dapat Ancaman Pelaku

Rekonstruksi KDRT yang Tewaskan Ibu 2 Anak di Semarang Digelar, Ibu Korban Dapat Ancaman Pelaku

Regional
Ricky Ham Pagawak Divonis 13 Tahun Penjara, Pengacara Terdakwa Kaget

Ricky Ham Pagawak Divonis 13 Tahun Penjara, Pengacara Terdakwa Kaget

Regional
Bawaslu Sulsel Minta Peserta Pemilu Tertibkan APK di Titik Terlarang

Bawaslu Sulsel Minta Peserta Pemilu Tertibkan APK di Titik Terlarang

Regional
Mengenal Pokdarwis, Penggerak Sektor Pariwisata di Tingkat Desa

Mengenal Pokdarwis, Penggerak Sektor Pariwisata di Tingkat Desa

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com