Tarian ini ditarikan oleh sekelompok penari wanita dan ditampilkan dalam berbagai acara seperti upacara penyambutan, acara adat, dan acara budaya.
Makna tarian Tarek Pukat sebagai sikap gotong royong dan semangat kebersamaan masyarakat yang direfleksikan dalam sebuah tarian.
Tari Binih menjadi tarian pergaulan masyarakat Tamiang yang berakar dari budaya Melayu.
Tari ini khusus ditarikan oleh anak- anak perempuan dengan didampingi oleh seorang "tuhe binih".
Tari Binih dilaksanakan didalam ruangan rumah yang dilapisi dengan tikar kerawang yang dibawahnya tersusun papan.
Papan tersebut berguna agar ketika penari menghentakan kakinya terdengar bunyi dasar sebagai pengganti gendang untuk menyamakan gerak langkah dan lenggang.
Tari Malelan merupakan tarian hiburan yang mengandung nasehat yang diungkapkan melalui syair-syair yang dinyanyikan oleh penari-penarinya.
Tarian ini berasal dari kampung Padang, Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya.
Gerak tari ini diambil dari cerita rakyat tentang pemuda yang bernama Malelang dengan pemudi yang bernama Madion.
Tari Laweut merupakan tari tradisional dari daerah Sigli, Kabupaten Pidie yang juga dikenal dengan sebutan tari Seudati Inong atau Akoom.
Tari Laweut kesamaan dengan tari Seudati, dengan perbedaan pada tepukan saat menari.
Selain itu, Tari Laweut dibawakan oleh perempuan sedangkan tari Seudati adalah tarian yang dibawakan oleh kaum pria.
Dari asal namanya yaitu shalawat, syair pengiring pada tari Laweut mengandung pujian kepada Allah dan salawat kepada rasul, serta pesan tentang kehidupan manusia, pendidikan, dan sebagainya.
Sekilas Tari Ratoh Jaroe terlihat serupa dengan Tari Saman, padahal keduanya berbeda.
Tari Saman memiliki gerakan badan yang lebih menonjol, sedangkan Tari Ratoh Jaroe dominan dengan gerakan tangan yang digabung dengan gerakan badan.