Menurut Nina, pemerintah pernah menjanjikan akan merelokasi para penyintas bencana ke hunian tetap (huntap) di lokasi lebih aman dan nyaman.
Namun, hingga saat ini huntap yang ditunggu-tunggu belum juga terealisasi.
"Janjinya dua tahun tinggal di huntara, tapi sampai sekarang belum terbangun. Kami di sini sudah bosan, ingin segera pindah ke huntap," ujar ibu rumah tangga itu.
"Sampai saat ini belum ada kabar, cuma angan-angan saja. Datang dari sana dari sini berjanji, tapi kenyataannya tidak ada," sambung Nina dengan nada kesal.
Baca juga: Tanah Bergerak Usai Hujan di Lebak, 5 Rumah Rusak, Jalan Putus
Senada disampaikan penyintas bencana lainnya Sumiati (34). Dia menuturkan sebelumnya pemerintah menjanjikan dua tahun menempati huntara lalu akan dipindahkan ke huntap.
Berbagai informasi rencana pembangunan huntap sering didengar, warga sudah senang.
Apalagi lahan untuk huntap sudah ada di Kampung Cimenteng. Namun sampai saat ini belum terealisasi juga.
"Semua warga (penyintas) pasti ingin segera dibangunkan huntap. Kami ingin kembali hidup normal seperti warga lainnya tinggal di rumah yang layak," tutur dia.
"Kalau di sini kan sempit, ukurannya empat kali empat meter. Kebayang kalau anggota keluarganya banyak," sambung Sumiati yang tinggal bersama suami dan dua anaknya.
Penyintas lainnya Ade Aisyah (53) mengakui bangunan huntara sudah tidak enak, tidak nyaman.
Bila hujan berisik, dinding sudah bolong-bolong akibatnya ular masuk ke dalam.
Ruangan sempit harus berbagi untuk tidur, hingga dapur. Padahal sebelum terjadi bencana menempati rumah panggung miliknya cukup luas dengan kamar tiga
"Sudah enggak betah. Katanya mau dipindahkan ke huntap, sudah ada lahannya di Cimenteng tapi sampai sekarang enggak jadi-jadi, bagaimana ini," aku Ade.
"Kami sangat berharap huntap, dijanjikan dua tahun tinggal di huntara lalu pindah ke huntap. Tapi sekarang sudah tiga tahun tapi huntapnya tidak ada," sambungnya.