Uma menjadi pusat kehidupan suku Mentawai. Di dalam rumah adat itu, mereka menyelenggarakan pertemuan dan menyelenggarakan berbagai adat seperti pernikahan.
Uma terbuat dari kayu kokoh yang berbentuk panggung. Bagian bawah rumah uma digunakan sebagai tempat memelihara hewan ternak, seperti babi.
Selain uma sebagai bangunan utama, ada juga bangunan lain, yaitu lalep dan rusuk.
Lalep sebagai tempat tinggal suami istri yang pernikahannya sudah dianggap sah secara adat. Bangunan ini biasanya terletak di dalam uma.
Rusuk merupakan rumah pemondokan untuk anak-anak muda atau janda yang diusir dari kampung.
Rumah ini juga digunakan untuk orang-orang yang diasingkan karena melanggar adat.
Tato suku Mentawai merupakan tato tertua di dunia. Tato adalah wajib bagi Sikerei atau dukun suku Mentawai. Namun untuk masyarakat Mentawai, tato tidak wajib.
Bagi suku yang masih tinggal di pedalaman, tato dianggap sebagai kesenian dan juga bentuk pakaian.
Suku Mentawai mengganggap tato sebagai identitas yang menggambarkan keseimbangan antara penghuni hutan dan alamnya.
Uniknya jika biasa tato dibuat menggunaan jarum dan tinta khusus, maka tato Mentawai dibuat menggunakan bahan alami, berupa arang.
Saat akan membuat tato, para shaman atau tetua suku akan mendoakan arang itu, kemudian diberikan pada orang yang akan ditato.
Tato Mentawai adalah ritual yang sakral, dimana tradisi ini dijunjung tinggi di lingkungan Mentawai.
Baca juga: Kisah Rob Henry, Bule yang Menemukan Jati Diri di Antara Suku Mentawai
Salah satu tradisi suku mentawai adalah gigi runcing. Tradisi ini biasa dilakukan oleh perempuan suku Mentawai.
Gigi runcing merupakan simbol kecantikan, gigi yang semakin runcing maka perempuan itu akan semakin cantik.
Tradisi mengikir gigi ini juga merupakan simbol keseimbangan antara tubuh dan jiwa.