Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Anggota TNI Terlibat Kasus Mutilasi di Mimika, Pengamat: Apa Pun Alasannya, Perbuatan Pelaku Tak Bisa Dibenarkan

Kompas.com - 30/08/2022, 06:45 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Penulis

KOMPAS.com - Enam anggota TNI Angkatan Darat (AD) diduga terlibat dalam kasus pembunuhan disertai mutilasi terhadap empat warga sipil di Kabupaten Mimika, Papua.

Di samping itu, empat warga sipil juga terseret dalam kasus itu. Para pelaku, baik anggota TNI maupun sipil, sudah ditetapkan sebagai tersangka.

Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Kepolisian Daerah (Polda) Papua Kombes Faizal Ramadhani mengatakan, salah satu korban mutilasi diyakini merupakan simpatisan kelompok kriminal bersenjata (KKB) Nduga.

"Dari hasil penyelidikan diketahui salah satu korban berinisial LN adalah jaringan dari simpatisan KKB Nduga pimpinan Egianus Kogoya yang aktif mencari senjata dan amunisi di Kabupaten Mimika," ujarnya, Minggu (28/8/2022), dikutip dari pemberitaan Kompas.com.

Baca juga: Korban Mutilasi di Timika adalah Simpatisan KKB dan Kepala Kampung di Nduga

Faizal menuturkan, kasus ini bermula saat para pelaku berpura-pura ingin menjual dua pucuk senjata api kepada korban. Korban yang tertarik membeli kemudian mendatangi pelaku dengan membawa uang Rp 250 juta.

Akan tetapi, pelaku justru membunuh serta memutilasi korban. Selain itu, pelaku juga membawa kabur uang ratusan juta rupiah tersebut.

Menyoal kasus ini, pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies, Khoirul Fahmi, memberikan pandangannya.

Fahmi menyampaikan, meski korban disebut sebagai simpatisan KKB, hal itu bukan menjadi alasan bagi pelaku untuk membunuh korban.

"Apa pun alasannya, entah korban terkait KKB atau enggak, perbuatan para pelaku tidak bisa dibenarkan," ucapnya saat dihubungi Kompas.com, Senin (29/8/2022).

Baca juga: 6 Anggota TNI Diduga Terlibat Kasus Mutilasi di Mimika, Pengamat: Harus Diusut Tuntas

Para pelaku, khususnya anggota TNI, telah bertindak di luar prosedur.

Mereka bahkan diduga melakukan perbuatan melawan hukum, melanggar disiplin, membuat permufakatan jahat, disertai perampasan dan penggelapan.

"Apalagi kalau ini benar transaksi senjata api, semestinya mereka mendukung upaya penegakan hukum, bukan malah membunuh," ungkapnya.

Pengamat intelijen, Stanislaus Riyanta, menilai perbuatan keenam oknum TNI itu merupakan kejahatan yang serius.

"Apa pun status korban, mutilasi adalah kejahatan luar biasa," tuturnya kepada Kompas.com, Senin.

Baca juga: Tersangka Kasus Mutilasi di Mimika Dijerat Pasal Pembunuhan Berencana

Stanislaus mengungkapkan, tujuan TNI ke Papua untuk merebut hati masyarakat dan mengamankan warga dari kelompok yang dianggap mengganggu keamanan.

"Kelompok-kelompok itu ada yang dirangkul. Jika mereka membawa senjata, mereka dilumpuhkan, lalu dikenai tindakan hukum. Bukan malah dimutilasi," terangnya.

Ia memandang kasus ini adalah hal yang serius dan perlu ditangani segera serta diusut tuntas.

"Ini bisa menjadi introspeksi prajurit di lapangan maupun aparat pemerintah lainnya untuk dibekali prinsip HAM," jelasnya.

Baca juga: Kasus Mutilasi di Mimika, Polisi Tetapkan 3 Tersangka

Halaman:


Terkini Lainnya

Berapa Gaji PPK, PPS, KPPS, dan Pantarlih di Pilkada 2024?

Berapa Gaji PPK, PPS, KPPS, dan Pantarlih di Pilkada 2024?

Regional
4 Kapal Ikan Terbakar di Pelabuhan Cilacap

4 Kapal Ikan Terbakar di Pelabuhan Cilacap

Regional
Kisah Adi Latif Mashudi, Petani Milenial Blora yang Sempat Kerja di Korea Selatan (Bagian 2)

Kisah Adi Latif Mashudi, Petani Milenial Blora yang Sempat Kerja di Korea Selatan (Bagian 2)

Regional
Dibutakan Dendam, Suami Siri di Semarang Tusuk Istri di Rumah Majikan

Dibutakan Dendam, Suami Siri di Semarang Tusuk Istri di Rumah Majikan

Regional
Airin dan Mantan Bupati Pandeglang Daftar Jadi Bacagub Banten lewat PDI-P

Airin dan Mantan Bupati Pandeglang Daftar Jadi Bacagub Banten lewat PDI-P

Regional
Polres Siak Pasang Stiker 'Cahaya' pada Truk di Jalan Tol Permai

Polres Siak Pasang Stiker "Cahaya" pada Truk di Jalan Tol Permai

Regional
2 Residivis Jambret di 7 TKP Diringkus di Pekanbaru

2 Residivis Jambret di 7 TKP Diringkus di Pekanbaru

Regional
10.700 Vaksin Hewan Penular Rabies Diperkirakan Tiba di Sikka Awal Mei

10.700 Vaksin Hewan Penular Rabies Diperkirakan Tiba di Sikka Awal Mei

Regional
Bermesraan, 4 Pelanggar Syariat Islam di Banda Aceh Dicambuk 17 Kali

Bermesraan, 4 Pelanggar Syariat Islam di Banda Aceh Dicambuk 17 Kali

Regional
Bupati HST Minta Kader PKK Tingkatkan Sinergi dengan Masyarakat dan Stakeholder

Bupati HST Minta Kader PKK Tingkatkan Sinergi dengan Masyarakat dan Stakeholder

Regional
Bupati Ipuk Raih Satyalancana, Pemkab Banyuwangi Jadi Kabupaten Berkinerja Terbaik se-Indonesia 

Bupati Ipuk Raih Satyalancana, Pemkab Banyuwangi Jadi Kabupaten Berkinerja Terbaik se-Indonesia 

Regional
RSUD dr R Soetijono Blora Luncurkan “Si Sedap”, Bupati Arief: Lakukan Terus Inovasi dan Terobosan Layanan kesehatan

RSUD dr R Soetijono Blora Luncurkan “Si Sedap”, Bupati Arief: Lakukan Terus Inovasi dan Terobosan Layanan kesehatan

Regional
Skenario Golkar, Siap Jadi Wakil jika Bambang Pacul Maju di Pilkada Jateng 2024

Skenario Golkar, Siap Jadi Wakil jika Bambang Pacul Maju di Pilkada Jateng 2024

Regional
Kisah Adi Latif Mashudi, Tinggalkan Korea Selatan Saat Bergaji Puluhan Juta Rupiah demi Jadi Petani di Blora (Bagian 1)

Kisah Adi Latif Mashudi, Tinggalkan Korea Selatan Saat Bergaji Puluhan Juta Rupiah demi Jadi Petani di Blora (Bagian 1)

Regional
Bawaslu Bangka Belitung Rekrut 141 Panwascam, Digaji Rp 2,2 Juta

Bawaslu Bangka Belitung Rekrut 141 Panwascam, Digaji Rp 2,2 Juta

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com