Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Tudung Lingkup di Seberang Kota Jambi, Berawal dari Perempuan yang Dilarang Keluar Rumah dan Harus Pakai Kain Duo

Kompas.com - 29/08/2022, 14:14 WIB
Suwandi,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

JAMBI,KOMPAS.com - Rumah-rumah tua berdinding papan dan bertiang kayu bulian berderet padat di pinggir Sungai Batanghari.

Di antara rumah-rumah tua yang berusia ratusan tahun ini, kira-kira lebih dari seribu emak-emak menyusuri jalan setapak dari Kampung Tengah, Pelayangan Kota Jambi menuju tepian Sungai Batanhari. Jaraknya hanya selemparan batu dari monumen Gentala Arasy.

Jejak toleransi tumbuh kuat di tanah berjuluk kota santri. Penyatuan budaya Tionghoa dan Arab terukir dari arsitektur rumah, penamaan kampung, hingga bahasa sehari-hari.

Dari percampuran kedua budaya itu, lahir tradisi bernama tudung lingkup atau kain duo. Sebagian masyarakat ada yang menyebutnya bakarobong.

Tradisi ini mengharuskan perempuan keluar rumah mengenakan kain untuk menutup kepala dan wajah, hingga hanya memperlihatkan mata saja.

Dan para ibu-ibu itu, sedang mengikuti Festival Tudung Lingkup pada Minggu (28/8/2022) untuk mengembalikan ingatan kolektif di masa lalu.

Baca juga: Serunya Tradisi Mangatti, Tangkap Ikan dengan Tangan Kosong Usai Panen Padi di Mamasa

Tradisi tudung lingkup atau kain duo

Tradisi tudung lingkup atau kain duo sudah ada di Kampung Tengah, Pelayangan, Kota Jambi sejak ratusan tahun lalu.

Sebelum tabun 1960-an, anak-anak perempuan yang telah baligh atau mengalami menstruasi dilarang keras untuk keluar rumah.

"Anak-anak yang sudah baligh itu dipingit, tidak boleh keluar rumah," kata Datuk A Ramzi S, Ulama Pesantren As'ad di rumahnya, Minggu (28/8/2022).

Apabila sudah dipingit, anak-anak perempuan tidak boleh keluar rumah di siang hari, karena takut menjadi fitnah.

Namun untuk urusan penting, anak-anak perempuan yang sudah baligh dan belum menikah diperbolehkan untuk keluar rumah, asal menggunakan kain duo atau tudung lingkup.

Ia mencontohkan apabila anak perempuan mau pergi ke tempat pesta pernikahan maka harus keluar malam dan menggunakan kain duo, sebagai penutup wajah. Penggunaannya mirip dengan cadar.

 

Para perempuan sedang mengenakan Tudung Lingkup sedang pawai dalam Festival Tudung Lingkup, Minggu (28/8/2022).KOMPAS.com/SUWANDI Para perempuan sedang mengenakan Tudung Lingkup sedang pawai dalam Festival Tudung Lingkup, Minggu (28/8/2022).

"Kain duo atau bakarobong itu, anak-anak perempuan kita hanya tampak mata saja. Begitu juga perempuan yang sudah menikah atau yang sudah punya anak, boleh keluar di siang hari, asal dengan kain duo," kata Ramzi.

Dulu tradisi Islam sangat ketat dan kuat. Melalui fatwa-fatwa ulama ini masyarakat sangat patuh dan tidak berani menentang.

Bahkan lelaki yang ketahuan keluar rumah dengan bercelana panjang atau pendek, langsung dirotan (dicambuk dengan rotan) agar segera menggantinya dengan kain sarung.

"Aturan mulai "melemah" sejak tahun 1960-an. Waktu itu terjadi pembaharuan secara besar-besaran di pendidikan, yang berawal dari pembukaan kelas bagi santriwati di pesantren," kata Datuk A Ramzi S, Ulama Pesantren As'ad di rumahnya, Minggu (28/8/2022).

Sebelum terjadi revolusi pendidikan pesantren, tokoh pendidikan pembaharu yakni KH Abdul Qadir, cucu dari ulama di masa kolonial, yakni syaikh Abdul Majid Al Jambi ditentang banyak ulama di Seberang Kota Jambi.

Pikiran Islam moderat Abdul Qadir yang mengikuti kakeknya, ingin membuka kelas bagi perempuan di pesantren. Menurutnya hal itu penting dilakukan untuk kesetaraan pendidikan bagi perempuan.

"Tantangan modernisasi akan menguat di waktu mendatang. Untuk itu, anak-anak perempuan kita harus memiliki pendidikan yang paripurna," kata Ramzi yang mengutip pikiran gurunya, Abdul Qadir, 62 tahun silam.

Meskipun menerima banyak adangan dari ulama lain, Abdul Qadir tetap membuka kelas santri perempuan.

Dampaknya cukup besar pada tradisi Islam di pusat Kesultanan Melayu ini.

Ulama di Pondok Pesantren Asad Seberang Kota Jambi, A Ramzi S menjelaskan tentang tradisi Tudung Lingkup.KOMPAS.com/SUWANDI Ulama di Pondok Pesantren Asad Seberang Kota Jambi, A Ramzi S menjelaskan tentang tradisi Tudung Lingkup.

Perempuan masuk pesantren

Perempuan diperbolehkan masuk pesantren, lantaran takut mereka masuk ke sekolah umum dan menggunakan rok. Untuk itulah KH Abdul Qadir menyuruh mereka masuk pesantren.

"Semenjak 1960-an aturan mulai tidak ketat. Lama kelamaan tradisi dari nenek moyang kita, Bekain Duo mulai ditinggalkan diganti dengan selendang," kata Datuk Ramzi.

Lelaki mulai memakai celana panjang dan tidak lagi memakai sarung. Hal ini bermula sejak masa penjajahan Belanda yang menggunakan celana saat bertugas.

"Saya dulu pertama kali pakai celana dibilang Belando masuk dusun," kata Ramzi sambil tertawa.

Tidak hanya itu, perempuan yang keluar rumah, perlahan tidak lagi menggunakan Kain Duo, melainkan memakai selendang dengan lebar sekitar 4 cm dan panjang 100 cm, lalu dililit di kepala, sebagai penutup rambut.

Tren menggunakan selendang ini perlahan mengikis tradisi bekain duo atau tudung lingkup. Lama-lama kelamaan perempuan tidak lagi menggunakan kain, tetapi celana agar serasi dengan selendang.

"Celana itu tidak ketat atau tidak menampakkan lekuk tubuh, sehingga diperbolehkan," kata Ramzi.

Pergeseran busana perempuan di seberang semakin terbuka dan mengikuti zaman. Sampai sekarang ada anak muda yang keluar tanpa penutup kepala (jilbab) seperti dulu dan mengenangkan celana yang memperlihatkan lekuk tubuh dan aurat.

Para ibu-ibu menggunakan tudung lingkup saat Festival Tudung Lingkup di Seberang Kota Jambi, Minggu (28/8/2022)KOMPAS.com/SUWANDI Para ibu-ibu menggunakan tudung lingkup saat Festival Tudung Lingkup di Seberang Kota Jambi, Minggu (28/8/2022)

"Kita ulama terus mengingatkan pada orang-orang tua yang memiliki anak gadis. Kalau tidak boleh (berdosa) jika perempuan membuka aurat dan tidak memakai hijab. Banyak yang menurut kata ulama, namun ada juga yang terpengaruh budaya luar," kata Ramzi.

Untuk saat ini, memang masih ada perempuan yang menggunakan Tudung Lingkup saat keluar rumah, tetapi jumlahnya dapat dihitung jari dan berasal dari perempuan lanjut usia (lansia) bukan perempuan muda atau ibu-ibu.

"Kalau anak-anak gadis, emak-emak sudah memakai jilbab untuk menutup aurat. Jadi sudah jarang pakai Tudung Lingkup," kata Datuk Ramzi dengan nada prihatin.

Festival Tudung Lingkup

Dengan demikian, Ramzi memandang Festival Tudung Lingkup haruslah muncul untuk mengembalikan ingatan kolektif di masa lalu, terkait tradisi Bekain Duo.

Festival Tudung Lingkup yang dilaksanakan dalam rangkaian acara Kenduri Swarnabhumi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Minggu (28/8/2022).

Dalam kegiatan itu, seribuan emak-emak dari berbagai kecamatan di Kota Jambi hanya berjalan kaki menyusuri jalan setapak di antara rumah-rumah tua di Seberang Kota Jambi.

Para emak-emak memakai kain duo, satu kain digunakan untuk bawahan (menutup celana) dan satunya untuk menutup wajah hingga tampak bagian mata saja.

Dalam festival tersebut, emak-emak itu melantunkan yel-yel lagu-lagu yang sedang viral seperti sikok bagi duo. Namun ada juga yang melantunkan lagu Sungai Batanghari.

Lebih dari seribu "emak-emak" di Jambi mengikuti Festival Tudung Lingkup yang diadakan di Kampung Tengah, Pelayangan Kota Jambi, Ahad.

Baca juga: Tradisi Sasi, Upaya Pelestarian Alam Masyarakat Maluku hingga Papua

Wakil Wali Kota Jambi, Maulana mengatakan Festival Tudung Lingkup merupakan kearifan budaya lokal Seberang Kota Jambi yang hingga kini masih terjaga.

Festival ini melibatkan 1.000 lebih ibu-ibu dari seluruh Kecamatan di Kota Jambi yang mengenakan kain batik Jambi sebagai penutup kepala dan hanya memperlihatkan mata.

"Kami berharap bukan saja melestarikan budaya, namun Festival Tudung Lingkup mampu menjadi penggerak ekonomi Seberang melalui UMKM pelaku perajin batik Jambi," katanya menerangkan.

Sementara itu, Rima perempuan muda dari Kecamatan Rawasari Kota Jambi mengaku pertama kali menggunakan Tudung Lingkup.

"Saya tidak tahu dengan pasti apa itu tradisi Tudung Lingkup. Tetapi ikut acara ini sangat seru," kata Rima malu-malu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Program Ferienjob di Jerman, Kampus Udinus Sebut Sudah Minta Rekomendasi ke LLDIKTI VI

Soal Program Ferienjob di Jerman, Kampus Udinus Sebut Sudah Minta Rekomendasi ke LLDIKTI VI

Regional
Lokasi dan Jadwal Penukaran Uang Baru di Tegal untuk Lebaran 2024

Lokasi dan Jadwal Penukaran Uang Baru di Tegal untuk Lebaran 2024

Regional
Jelang Perayaan Paskah, Sejumlah Gereja di Tegal Disterilisasi

Jelang Perayaan Paskah, Sejumlah Gereja di Tegal Disterilisasi

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Aceh, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Aceh, 29 Maret 2024

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Kepulauan Riau, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Kepulauan Riau, 29 Maret 2024

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Riau, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Riau, 29 Maret 2024

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Sumatera Barat, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Sumatera Barat, 29 Maret 2024

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Pekanbaru Hari Ini, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Pekanbaru Hari Ini, 29 Maret 2024

Regional
Saat Aktivis Lingkungan Karimunjawa Daniel Frits 'Dikriminalisasi' dengan UU ITE

Saat Aktivis Lingkungan Karimunjawa Daniel Frits "Dikriminalisasi" dengan UU ITE

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Banda Aceh Hari Ini, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Banda Aceh Hari Ini, 29 Maret 2024

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Tanjung Pinang Hari Ini, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Tanjung Pinang Hari Ini, 29 Maret 2024

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Batam Hari Ini, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Batam Hari Ini, 29 Maret 2024

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Padang Hari Ini, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Padang Hari Ini, 29 Maret 2024

Regional
Rute dan Tarif Bus Gunung Harta Solutions Executive Jakarta-Blitar

Rute dan Tarif Bus Gunung Harta Solutions Executive Jakarta-Blitar

Regional
Indeks SPM Bidang Pendidikan HST Tertinggi Se- Kalsel, Bupati Aulia: Gambaran Pendidikan

Indeks SPM Bidang Pendidikan HST Tertinggi Se- Kalsel, Bupati Aulia: Gambaran Pendidikan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com