KOMPAS.com - Ada sebuah dusun di Kecamatan Podosoko, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, memiliki nama Sambo yang mirip dengan Irjen Ferdy Sambo yang kini sedang hangat diperbincangkan setelah kasus pembunuhan Brigadir J beberapa bulan lalu.
Dusun tersebut kini menjadi viral dan banyak orang penasaran.
Diketahui, Dusun Sambo berada di sekitar 20 km dari pusat Kota Magelang denngan jarak tempuh perjalanan 30 hingga 45 menit dengan mengendarai motor.
Untuk menempuh Dusun Sambo, akses jalan yang dilalui cukup . Jalan berbatu dan berliku melewati perkebunan.
Baca juga: [POPULER REGIONAL] Ruangan Tipikor Polda Sumut Ludes Terbakar | Asal-usul Dusun Sambo di Magelang
Dusun Sambo terbilang rapi dan bersih. Dusun ini baru saja dicanangkan sebagai Kampung Pancasila oleh Pemerintah Kabupaten Magelang.
Dusun Sambo memiliki sejarah panjang sejak masa penjajahan Belanda.
Sekretaris Desa Podosoko, Kuwato (56) menjelaskan, Sambo berasal dari nama leluhur masyarakat setempat. Saat itu sekitar tahun 1700-an, ada seorang musafir bernama Sambo yang menemukan sebuah tempat di kaki Gunung Merbabu, tempat dusun ini kini berada.
Wira Sambo merupakan seorang penyebar agama Islam yang selanjutnya dipanggil Kiai Wikono.
Menurut cerita para sesepuh, Wira Sambo berasal dari Kesunanan Keraton Solo yang kemudian menyebarkan agama Islam di dusun ini. Saat itu dusun tersebut belum ada namanya sehingga kini disebut Dusun Sambo karena ia yang pertama kali memasuki wilayah ini.
Wira Sambo tinggal di dusun ini bersama istrinya, Dewi Sekar Kenanga.
Istri Wira Sambo juga diabadikan menjadi dusun tak jauh dari Sambo, yakni Kenanga (dibaca Kenongo).
Wira Sambo dan Dewi Sekar Kenanga melahirkan keturunan yang kini masih tinggal di Dusun Sambo dan sekitarnya.
Menurut Kuwato, masyarakat Dusun Sambo masih menggelar ritual untuk menghormati leluhur mereka, salah satunya Wira Sambo.
Tardisi tersebut di antaranya adalah tradisi Nyadran yang biasa digelar setiap tanggal 10 bulan Ruwah dalam kalender Islam.
Dalam tradisi itu, masyarakat berkumpul dan menggelar deoa untuk leluhur mereka.
Masyarakat juga menggelar ziarah ke makam Wira Sambo atau Kiai Wikono.
"Sebagian besar warga di sini adalah keturunan Kiai Wikono, ada juga yang tinggal di luar dusun, tapi kalau Nyadran kami semua berkumpul, berdoa bersama dan menggelar tradisi-tradisi. Warga yang ikut nyadran bisa sampai 600-7---an orang," jelas Kuwato yang mengaku dirinya keturunan ke-8 Kiai Wikono.
Disebutkan, Dusun Sambo dihuni sekitar 100 kepala keluarga (KK) atau 289 jiwa.
Sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah petani dan pedagang. Uniknya, hampir tidak ada dari mereka yang berprofesi sebagai pegawai atau aparat negara.
Kendati demikain, tingkat pendidikan mereka beragam, adayang SD ada pula perguruan tinggi.
Masyarakat Dusun Sambo sangat menjunjung tinggi nilai toleransi.
Kuwato mengatakan, pasca-kasus Irjen Ferdy Sambo, dusuni ini menjadi ikut terkenal. Bahkan dusun ini menjadi bahan candaan warga, terutama dari luar daerah.
Ia mengaku sering ditanya warga apakah di dusunnya ada warga bernama Ferdy Sambo.
"Sering sekali ditanya sama warga dari luar (luar Dusun), 'gimana, Sambo aman, Pak?' Begitu," kata Kuwato lantas tertawa.
"Ada juga yang bertanya apakah di Dusun Sambo ada warga bernama Ferdy. Saya bilang kalau di Dusun Sambo, Ferdy menjadi Pardi," lanjut Kuwato sambil tertawa. (Penulis: Kontributor Magelang, Ika Fitriana | Editor: Robertus Belarminus)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.