Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenaikan Harga BBM Belum Jelas, Pengamat: Jangan Ada Dusta di Antara Kita

Kompas.com - 27/08/2022, 12:24 WIB
Muhamad Syahrial

Penulis

KOMPAS.com - Pengamat Kebijakan Publik Universitas Pasundan, Dr. Deden Ramdan, M.Si, menuntut pemerintah untuk segera terbuka terkait kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.

"Harapan saya pemerintah terbuka, jangan ada dusta di antara kita. Pastikan waktu (kenaikan harga BBM) dan besarannya berapa," kata Deden saat dihubungi Kompas.com, Jumat (27/8/2022).

Selain itu, Deden menambahkan, pemerintah pun perlu terus memberikan informasi sejelas-jelasnya kepada masyarakat.

Deden menyinggung perbedaan informasi yang diberikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, pada beberapa waktu lalu.

Baca juga: Harga Sembako Bisa Ikut Naik Setelah Kenaikan Harga BBM, Pengamat: Pemerintah Harus Kendalikan

Menurut Deden, hal itu semakin menunjukkan bahwa komunikasi publik kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kurang baik, begitu juga dengan koordinasi antar kementerian dan lembaga.

"Harus satu bahasa, kapan kenaikan harga BBM terjadi? Jadi sebelum pemerintah memutuskan, harus satu frekuensi, harus dengan bahasa yang sama, dengan persepsi yang sama," ujar Deden.

"Kalau seperti ini masyarakat dibingungkan, sudah BBM akan naik yang pasti membebani, ditambah lagi dengan ketidakjelasan informasi yang didapatkan," imbuhnya.

Tak hanya itu, Deden menekankan, meski kenaikan harga BBM bersubsidi tak bisa dihindari karena tingginya harga minyak dunia, namun pemerintah pun diharapkan tidak menaikkan harga dengan "semena-mena".

Baca juga: Rencana Kenaikan Harga BBM Subsidi, Sopir Angkot di NTT: Tarif Penumpang Ikut Naik

Ilustrasi Pertamina. (Dok. Pertamina) Ilustrasi Pertamina. (Dok. Pertamina)

"Tentu harus mempertimbangkan berbagai hal. Angkanya juga jangan "semena-mena" yang bisa menimbulkan berbagai hal yang tidak baik bagi kondisi ekonomi masyarakat," ucap Deden.

Deden mengatakan, ada dua poin yang perlu pemerintah lakukan jika kenaikan harga BBM bersubsidi jadi ditetapkan.

Adapun kedua poin itu adalah distribusi dan alokasi BBM, serta monitoring dan evaluasi harga-harga sembako.

"Distribusi dan alokasi BBM harus dibuat pemetaan, karena di tiap daerah kebutuhan penggunaan BBM tidak sama," jelasnya.

Selanjutnya, Deden melanjutkan, pemerintah melalui kementeriannya perlu memonitor dan evaluasi harga-harga kebutuhan pokok masyarakat.

Baca juga: Harga BBM Non-subsidi Naik, Berikut Daftar Harga Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite di Kepri

Jika harga BBM bersubsidi naik, pemerintah harus bisa memastikan harga bahan pokok lainnya tetap stabil.

"Stabilitas harga kebutuhan dasar masyarakat harus dijaga, jangan sampai harga Pertalite naik sekian persen tapi kemudian harga sembako kenaikannya bertubi-tubi dan tidak masuk akal, tidak proporsional dengan kenaikan harga Pertalite. Itu tugas pemerintah untuk memonitoring dan mengevaluasi," tegasnya.

Deden menuturkan, saat ini yang dibutuhkan oleh pemerintah dan masyarakat adalah saling pengertian, saling memahami, dan saling percaya.

"Bahwa (kenaikan harga BBM bersubsidi) ini muncul karena harga minyak dunia yang tidak bisa dikendalikan," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

RSUD dr R Soetijono Blora Luncurkan “Si Sedap”, Bupati Arief: Lakukan Terus Inovasi dan Terobosan Layanan kesehatan

RSUD dr R Soetijono Blora Luncurkan “Si Sedap”, Bupati Arief: Lakukan Terus Inovasi dan Terobosan Layanan kesehatan

Regional
Skenario Golkar, Siap Jadi Wakil jika Bambang Pacul Maju di Pilkada Jateng 2024

Skenario Golkar, Siap Jadi Wakil jika Bambang Pacul Maju di Pilkada Jateng 2024

Regional
Kisah Adi Latif Mashudi, Tinggalkan Korea Selatan Saat Bergaji Puluhan Juta Rupiah demi Jadi Petani di Blora (Bagian 1)

Kisah Adi Latif Mashudi, Tinggalkan Korea Selatan Saat Bergaji Puluhan Juta Rupiah demi Jadi Petani di Blora (Bagian 1)

Regional
Bawaslu Bangka Belitung Rekrut 141 Panwascam, Digaji Rp 2,2 Juta

Bawaslu Bangka Belitung Rekrut 141 Panwascam, Digaji Rp 2,2 Juta

Regional
Polemik Bantuan Bencana di Pesisir Selatan, Warga Demo Minta Camat Dicopot

Polemik Bantuan Bencana di Pesisir Selatan, Warga Demo Minta Camat Dicopot

Regional
Pengakuan Pelaku Pemerkosa Siswi SMP di Demak, Ikut Nafsu Lihat Korban Bersetubuh

Pengakuan Pelaku Pemerkosa Siswi SMP di Demak, Ikut Nafsu Lihat Korban Bersetubuh

Regional
Raih Peringkat 2 dalam Penghargaan EPPD 2023, Pemkab Wonogiri Diberi Gelar Kinerja Tinggi

Raih Peringkat 2 dalam Penghargaan EPPD 2023, Pemkab Wonogiri Diberi Gelar Kinerja Tinggi

Kilas Daerah
Imbas OTT Pungli, Polisi Geledah 3 Kantor di Kemenhub Bengkulu

Imbas OTT Pungli, Polisi Geledah 3 Kantor di Kemenhub Bengkulu

Regional
Sejak Dipimpin Nana Sudjana pada September 2023, Pemprov Jateng Raih 10 Penghargaan

Sejak Dipimpin Nana Sudjana pada September 2023, Pemprov Jateng Raih 10 Penghargaan

Regional
KM Bukit Raya Terbakar, Pelni Pastikan Tidak Ada Korban Jiwa dan Terluka

KM Bukit Raya Terbakar, Pelni Pastikan Tidak Ada Korban Jiwa dan Terluka

Regional
Keruk Lahar Dingin Marapi, Operator Eskavator Tewas Terseret Arus Sungai

Keruk Lahar Dingin Marapi, Operator Eskavator Tewas Terseret Arus Sungai

Regional
Kronologi Pria Bunuh Istri di Tuban, Serahkan Diri ke Polisi Usai Minum Racun Tikus

Kronologi Pria Bunuh Istri di Tuban, Serahkan Diri ke Polisi Usai Minum Racun Tikus

Regional
Nobar Indonesia Vs Korsel di Rumah Dinas Wali Kota Magelang, Ada Doorprize untuk 100 Orang Pertama

Nobar Indonesia Vs Korsel di Rumah Dinas Wali Kota Magelang, Ada Doorprize untuk 100 Orang Pertama

Regional
Umumkan Tak Mau Ikut Pileg via FB, Ketua DPC PDI-P Solok Dicopot dan Tersingkir di DPRD

Umumkan Tak Mau Ikut Pileg via FB, Ketua DPC PDI-P Solok Dicopot dan Tersingkir di DPRD

Regional
Warga di Klaten Tewas Diduga Dianiaya Adiknya, Polisi Masih Dalami Motifnya

Warga di Klaten Tewas Diduga Dianiaya Adiknya, Polisi Masih Dalami Motifnya

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com