Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Bengkulu: Tak Usah Gaduh Potensi Gempa, Perbaiki, Mitigasi Kita Masih Tertinggal

Kompas.com - 26/08/2022, 11:47 WIB
Firmansyah,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BENGKULU, KOMPAS.com -  Pengamat Meteorologi dan Geofisika (PMG) Ahli Muda, Stasiun Geofisika Kepahiang, Bengkulu, Sabar Ardiansyah, Sabar Ardiansyah, menyebutkan masyarakat tak perlu panik dan gaduh atas potensi gempa berkekuatan magnitudo 8 yang mengintai Bengkulu.

Sabar Ardiansyah mengajak semua elemen untuk fokus pada pengelolaan mitigasi bencana yang masih tertinggal.

"Pasca gempa M 6,5 di Bengkulu 23 Agustus 2022, kemudian ramai berita potensi gempa di Bengkulu dengan kekuatan di atas 8 magnitudo. Berita ini menjadi viral, beragam tanggapan, pendapat, dan tidak sedikit membuat masyarakat menjadi gaduh," tulis Sabar Adriansyah yang dikirim Jumat (26/8/2022).

"Mayoritas kanal berita yang terbit hanya fokus pada isu potensi ancaman dan bahaya, dicerna masyarakat menjadi liar dan meresahkan karena tidak diimbangi dengan solusi mitigasi yang terukur," tambah Sabar.

Baca juga: Praktisi Kebencanaan Bengkulu: Potensi Gempa Besar Ada

 

Ia menyesalkan jika pola pemberitaan kebencanaan seperti ini terus dilanjutkan. Sebab sasaran jangka panjang untuk mewujudkan masyarakat  paham mitigasi menjadi sulit terwujud.

Pasalnya, pemberitaan terlalu fokus pada seputar ancaman dan selalu minim informasi. Lalu upaya apa yang perlu dilakukan ke depan?

Potensi Selalu Ada

Sabar mengungkapkan, potensi gempa di Bengkulu dengan kekuatan di atas 8 magnitudo memang ada. Ilmiah dan sudah dipetakan.

Baik potensi dari Megathrust Enggano maupun Megathrust Mentawai-Pagai memiliki dampak yang cukup serius jika benar-benar terjadi.

Baca juga: Pedagang di Bengkulu Ungkap 3 Penyebab Harga Telur Naik

 

Namun, kapan waktunya belum ada teknologi yang mampu memprediksi secara pasti. Begitu juga besaran pastinya ketika terjadi, belum bisa diprediksi.

"Di dalam ketidakpastian itu, yang paling penting kita siapkan adalah usaha mitigasi. Baik mitigasi struktur maupun non-struktur harus diperkuat di sepanjang kawasan berpotensi terdampak tsunami," ujarnya.

Mitigasi Kita Masih Tertinggal

Ia menyontohkan ambillah pelajaran dari gempa-tsunami 2011. Jepang membagi kawasan pesisir menjadi dua bagian.

Kawasan pertama yang berjarak satu kilometer dari bibir pantai, merupakan kawasan yang terkena dampak tsunami dengan periode ulang 30-150 tahun.

Sedangkan kawasan kedua berjarak tiga kilometer dari bibir pantai, yaitu kawasan yang terkena dampak tsunami dengan periode ulang di atas 200 tahun.

Kedua kawasan ini tidak boleh diisi dengan pemukiman. Kawasan pertama hanya boleh dimanfaatkan untuk pariwisata dan konservasi.

Sedangkan kawasan kedua hanya boleh dimanfaatkan untuk industri dan pertanian. Tentunya dengan syarat ketat mendirikan bangunan tahan gempa.

Baca juga: Gempa M 5,1 di Bengkulu, Tidak Berpotensi Tsunami

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pelaku Pembunuhan Mantan Istri di Kubu Raya Menyerahkan Diri

Pelaku Pembunuhan Mantan Istri di Kubu Raya Menyerahkan Diri

Regional
Kronologi Hilangnya Gadis Asal Karanganyar di Malam Takbiran hingga Ditemukan Tewas Tertutup Plastik

Kronologi Hilangnya Gadis Asal Karanganyar di Malam Takbiran hingga Ditemukan Tewas Tertutup Plastik

Regional
Ketua DPD Golkar Kalbar Dipastikan Tak Maju Jadi Calon Gubernur

Ketua DPD Golkar Kalbar Dipastikan Tak Maju Jadi Calon Gubernur

Regional
Pria di Kubu Raya Diduga Bunuh Mantan Istri, Pelaku Belum Tertangkap

Pria di Kubu Raya Diduga Bunuh Mantan Istri, Pelaku Belum Tertangkap

Regional
Bumi Perkemahan Sukamantri di Bogor: Daya Tarik, Fasilitas, dan Rute

Bumi Perkemahan Sukamantri di Bogor: Daya Tarik, Fasilitas, dan Rute

Regional
Aduan Tarif Parkir 'Ngepruk' di Solo Selama Lebaran Minim, Dishub: Tim Saber Pungli Kita Turunkan Semua

Aduan Tarif Parkir "Ngepruk" di Solo Selama Lebaran Minim, Dishub: Tim Saber Pungli Kita Turunkan Semua

Regional
Detik-detik Kecelakaan ALS, Bus Melambat, Oleng, Lalu Terbalik

Detik-detik Kecelakaan ALS, Bus Melambat, Oleng, Lalu Terbalik

Regional
Pemkot Ambon Tak Berlakukan WFH bagi ASN Usai Libur Lebaran

Pemkot Ambon Tak Berlakukan WFH bagi ASN Usai Libur Lebaran

Regional
5 Unit Rumah Semipermanen di Ende Ludes Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

5 Unit Rumah Semipermanen di Ende Ludes Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

Regional
Sungai Meluap, 4 Desa di Sikka Terdampak Banjir

Sungai Meluap, 4 Desa di Sikka Terdampak Banjir

Regional
Daftar 20 Korban Tewas Tragedi Bencana Longsor di Tana Toraja

Daftar 20 Korban Tewas Tragedi Bencana Longsor di Tana Toraja

Regional
Toko Emas di Blora Dirampok, Pelaku Sempat Todongkan Senjata Api saat Beraksi

Toko Emas di Blora Dirampok, Pelaku Sempat Todongkan Senjata Api saat Beraksi

Regional
Pendangkalan Muara Pelabuhan Nelayan di Bangka, Pemprov Gandeng Swasta

Pendangkalan Muara Pelabuhan Nelayan di Bangka, Pemprov Gandeng Swasta

Regional
2 Perahu Tabrakan di Perairan Nunukan, Dishub: Tak Ada Sanksi untuk Agen Pelayaran

2 Perahu Tabrakan di Perairan Nunukan, Dishub: Tak Ada Sanksi untuk Agen Pelayaran

Regional
Jadi Saksi Kunci, Bocah 7 Tahun di Palembang Lihat Pelaku yang Bunuh Ibu dan Kakak Perempuannya

Jadi Saksi Kunci, Bocah 7 Tahun di Palembang Lihat Pelaku yang Bunuh Ibu dan Kakak Perempuannya

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com