KOMPAS.com - Tanah Papua dihuni berbagai kelompok adat, salah satunya adalah Suku Asmat.
Suku Asmat adalah salah satu suku terbesar baik yang menghuni Pulau Papua bagian selatan.
Dalam hal ini Suku Asmat besar dalam dari sisi jumlah, wilayah kekuasaan, maupun peradaban.
Baca juga: Mengenal Asal Usul Suku Asmat, Suku Asli Papua, Ciri Khas, dan Tradisi
Suku Asmat tersebar mulai dari pesisir pantai Laut Arafuru hingga Pegunungan Jayawijaya, atau secara keseluruhan menempati wilayah Kabupaten Asmat.
Baca juga: Suku Asmat, Legenda Manusia Titisan Dewa di Tanah Papua
Dilansir dari laman penghubung.papua.go.id, asal usul Suku Asmat diceritakan dari sebuah mitologi Fumeripitsy.
Sesosok Dewa bernama Fumeripitsy yang turun ke bumi menjelajah dan memulai petualangan dari ufuk barat matahari terbenam.
Baca juga: Australia Kembalikan Tengkorak Asli Suku Asmat dan Dayak Hasil Penyelundupan
Dalam penjelajahannya tersebut, sang Dewa harus berhadapan dengan seekor buaya raksasa dan mengalahkannya.
Namun dalam meraih kemenangannya, Sang Dewa rupanya luka parah dan terdampar di tepi sungai.
Sambil menahan sakit, Sang Dewa terus bertahan hingga akhirnya ia bertemu seekor burung Flaminggo berhati mulia yang merawatnya hingga pulih.
Sang Dewa yang telah sehat kemudian tinggal di wilayah tersebut, membangun rumah, mengukir dua buah patung yang indah, dan membuat sebuah genderang untuk mengirinya menari.
Gerakan tari Sang Dewa sungguh dahsyat, hingga membuat kedua patung menjadi hidup dan ikut menari menirukan gerakan Sang Dewa.
Konon, kedua patung tersebut menjadi pasangan manusia pertama dan merupakan nenek moyang Suku Asmat.
Sementara dilansir dari laman asmatkab.go.id, nama Asmat sudah dikenal dunia sejak tahun 1904.
Hal ini tercatat bahwa pada tahun 1770 sebuah kapal yang dinahkodai James Cook mendarat di sebuah teluk di daerah Asmat.
Tiba-tiba muncul puluhan perahu lesung panjang yang didayung ratusan laki-laki berkulit gelap dengan wajah dan tubuh yang diolesi warna-warna merah,hitam, dan putih.