KOMPAS.com - Topeng Bali merupakan salah satu kesenian di Bali.
Keberadaan topeng Bali dikaitkan dengan seni pertunjukkan khususnya seni tari. Selain itu, topeng di Bali juga kerap digunakan dalam pertunjukan teater maupun gabung tari dan teater.
Beberapa jenis tarian di Bali menggunakan topeng sebagai salah satu properti dan penggambaran tokoh.
Berikut ini sejarah singkat dan kesenian topeng Bali
Diperkirakan, keberadaan topeng sama dengan perkembangan tari di Bali. Hal ini, karena kedua saling berkaitan sejak zaman pra Hindu (pra sejarah).
Bentuk kesenian purba hampir sama dengan kesenian yang terdapat di pedalaman Kalimantan,Irian Jaya, Sulawesi dan pulau-pulau lain di nusantara.
Terutama, wilayah yang masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.
Baca juga: Jaran Kencak hingga Topeng Kaliwungu, Kesenian Tradisional Lumajang di Penutupan Porprov Jatim VII
Kesenian yang ditampilkan sebagai penolak bala, menurunkan hujan, menyembuhkan pengakit, dan lain sebagainya.
Hingga saat ini, sisa-sisa kebudayaan itu masih dapat dijumpai dalam bentuk tarian.
Di Bali, seni topeng terdapat tiga golongan, yaitu topeng Wali berupa topeng yang dikeramatkan, topeng Bebali merupakan topeng pengantar upacara adat, dan topeng Bali-balihan beurra merupakan tari pertunjukkan topeng sekuler atau untuk hiburan saja.
Ada sejumlah tari sakral yang menggunakan Topeng Bali, yaitu Tari Sang Hyang Topeng Dedari (di Ketewel), Barong Brutuk (Trunyan), maupun Barong Ket dan Topeng Sidhakarya.
Selain itu ada dramatari Topeng Bali, yaitu Topeng Pajegan atau Topeng Panca yang berada di Buleleng.
Topeng Bali memiliki keunikan yang diklasifikasikan seperti topeng wanita, memanisan, keras, raksasa, dan babondresan.
Topeng-topeng tersebut memiliki sifat religius magis yang mengandung nilai simbolis.
Fungsi topeng Bali adalah sebagai penutup wajah untuk ditarikan dan bersifat sebagai hiasan semata.