KOMPAS.com - Kasus selebgram RM, yang diduga terlibat judi online, menjadi sorotan.
Perempuan yang memiliki 700.000-an followers di Instagram itu ditangkap polisi karena mempromosikan situs judi di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah (Jateng).
RM mengatakan, keterlibatannya dalam sindikat judi online berawal saat ia dihubungi manajernya.
"Awal mulanya saya dikontak manajer saya yang berada di Bandung (Jawa Barat)," ujarnya.
Ia bertugas membagikan link situs judi online lewat akun Instagram-nya.
Baca juga: Selebgram RM Terseret Kasus Perjudian di Pemalang, Ini Situs Judi Online yang Dipromosikan
Belajar dari kasus selebgram RM, pengamat media sosial, Hariqo Wibawa Satria, mengimbau para influencer untuk selektif terhadap endorsement.
Menurut Hariqo, sebagai langkah antisipasi awal, influencer harus memiliki ketegasan tidak menerima endorsement dari produk maupun pihak yang berpotensi merugikan.
"Dengan benteng seperti itu insya Allah akan terhindar," ucapnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (23/8/2022).
Selanjutnya, bila ada tawaran endorsement, influencer harus bisa mengkroscek atau memverifikasi produk itu.
"Misalkan ada tawaran pinjaman online, dia harus mengecek apakah pinjol itu terdaftar OJK (Otoritas Jasa Keuangan) atau tidak. Kalau obat-obatan, apakah sudah dapat izin BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan)," ungkapnya.
Baca juga: Pengakuan Selebgram yang Terlibat Kasus Judi Online di Pemalang, Dapat Rp 7 Juta
Kemudian, apabila influencer sepakat bekerja sama dengan pihak yang menawarinya endorsement, maka ia harus menuliskan perjanjian melalui hitam di atas putih.
"Memang perlu dibuat termaktub di atas kertas. Harus tertulis. Jangan hanya perjanjian dari mulut ke mulut," tuturnya.
Yang juga perlu diperhatikan influencer adalah soal materi. Influencer harus mengecek apakah link yang nantinya diunggah apakah sudah aman.
"Jangan sampai materi tersebut malah berisi tautan situs porno, hoaks, judi online, dan lainnya," jelasnya.
Hariqo mencontohkan, selebritas yang terseret kasus kosmetik ilegal pada beberapa tahun lalu juga bisa menjadi pembelajaran.
"Mereka punya manajemen besar, mereka seharusnya bisa mengkroscek, cuma mereka tidak memahami bahwa mereka bagian dari media juga. Harus ada verifikasinya, mereka tak dapat itu," terangnya.
Baca juga: Selain Kamboja, Polda Jateng Juga Ungkap Sindikat Judi Online dari Thailand