Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setiap Bulan, Pengolahan Kelor di NTT Menghasilkan Rp 540 Juta

Kompas.com - 20/08/2022, 07:04 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Program Kelorisasi yang digaungkan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat kini sudah berbuah manis.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Dapur Kelor, setiap bulannya program kelorisasi memiliki dampak ekonomi yang luar biasa untuk rumah tangga dan para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di NTT.

Direktur PT Moringa Wira Nusa sekaligus pendiri Dapur Kelor, H Dedi Krisnadi menjelaskan, setiap bulannya ada 36 ton kelor basah yang terserap dari para petani maupun rumah tangga yang memiliki pohon di pekarangan maupun yang mempunyai kebun budidaya.

Baca juga: Nasi Kelor Jadi Makanan Khas Lumajang, Wabup Dorong Semua Warung Menyediakannya

Dari 36 ton kelor basah yang sudah dipanen, per kilogram dibeli dengan harga Rp 5.000.

"Daun basah yang terserap sebanyak 36 ton. Kalau dikalikan dengan Rp 5.000 per kg, maka uang yang yang beredar di masyarakat perbulannya adalah 180 juta. Ini belum di konversi ke serbuk kering dan produk turunannya," ungkap Dudi, kepada wartawan, Jumat (19/08/2022).

Ia menjelaskan, Dapur Kelor tidak memiliki kebun kelor. Kelor yang dibeli oleh Dapur Kelor selama ini diambil dari 36 sentra pengolahan, ditambah 14 petani mitra yang merupakan binaan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) NTT.

Dia menyebut, 36 sentra pengelolaan itu merupakan binaan dari Korem 161 Wirasakti Kupang yang tersebar di seluruh Kodim dan Koramil seluruh NTT.

Dudi menjelaskan, sentra produksi yang ada di Koramil, bahannya diambil dari masyarakat melalui Babinsa.

Babinsa menghimpun Kelor dari warga dengan harga Rp 5.000 per kilogram. Kelor yang dikumpulkan itu kemudian diolah di sentra produksi kelor yang ada di Koramil-Koramil sebelum dijual ke Dapur Kelor.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com