Pesantren malah menggandeng Komunitas Sedap Malam setiap kali haul. Setelah tampil, mereka biasanya berkumpul dan mengobrol dengan Abah.
Menurut Lurah Pesantren Syaikhoni, dalam obrolan santai dengan Abah, secara tidak langsung Abah memposisikan diri sebagai orangtua. Jadi apabila anggota Sedap Malam butuh cerita apa saja, mulai dari kegelisahan atau apa pun, mereka bisa mencari Abah.
Pesantren, kata Abah, tidak pernah memaksakan transpuan harus berubah, kembali ke kodratnya, misalnya.
“Kami menerima semua golongan, tidak menghakimi,” katanya.
Bukan hanya Sedap Malam, setiap haul, pesantren mengundang beragam kesenian, mulai dari tradisional dan modern serta didatangi banyak kalangan. Lengger Banyumas, Gandrung Banyuwangi, dangdut, jaipongan, hanyalah sedikit dari penampil saat haul.
Lalu, pernahkan pesantren dihujat karena mengundang transpuan?
Syaikhoni menyebut, ucapan miring selalu ada tetapi pihak pesantren tidak pernah terpengaruh dengan omongan-omongan itu.
“Jangankan hal yang agak negatif, hal yang positif saja dibicarakan kok,” seloroh Syaikhoni lagi.
Pesantren yang berdiri 37 tahun yang lalu ini memang mengedepankan akhlak. Menurut Abah, manusia itu yang terpenting adalah berbuat baik, tidak merugikan orang lain, tidak merepotkan orang lain, dan tidak menyalahkan orang lain.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.