JAMBI, KOMPAS.com - Tiga puluh sumur minyak menyembur-nyemburkan api ke arah langit. Peluru-peluru melesat, darah tumpah dan mesin pesawat tempur Belanda berdesing-desing di atas Jambi pada pada suatu siang di Desember 1948.
Pasukan kolonial yang dari jauh terlihat seperti titik-titik kecil dengan parasut di udara turun untuk menyerang. Peristiwa ini disebut Bumi Hangus Kenali Asam.
Jambi pada Revolusi Fisik (1945-1950) sempat punya peran penting sebagai penghasil avtur atau bahan bakar pesawat satu-satunya di Sumatera.
Baca juga: Masjid Besar Rancaekek, Masjid Tua di Bandung Saksi Bisu Perang Kemerdekaan
Raden Soedarsono adalah satu elite yang memberi komando pada laboran atau pekerja laboratorium di Jambi untuk membuat avtur bermodal buku petunjuk teknis dari Bukittinggi.
Kompas.com menemui Puteri Soraya Mansur, guru SMAN 10 Batanghari Jambi yang sedang mengerjakan master thesis-nya di Magister Sejarah UGM soal permiri (Perusahaan minyak Republik Indonesia) di Jambi. Dia menyebutkan sedikit dari penelitiannya bahwa mengatakan Jambi satu-satunya yang menghasilkan avtur di Sumatera saat itu.
“Ada perintah pembuatan avtur dari Kolonel Suyono dari AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia) Sumatera yang berpusat di Bukittinggi waktu 1947,” katanya.
Raden Soedarsono diberi buku teks pembuatan bahan bakar pesawat terbang yang dibuat oleh Jepang dan tetra etiloid untuk mempertinggi kadar oktan bahan bakar pesawat terbang.
Setelah berhasil menghasilkan 500 liter avtur, lalu diujicobakan Maret 1948 di lapangan Paal Merah atau Bandar Udara Sultan Thaha Jambi yang lama.
“Pilotnya waktu itu pilot dari Australia, dan pesawatnya juga pesawat Australia. Karena beberapa negara ada yang mendukung Indonesia untuk merdeka,” katanya.
Baca juga: Polda Jabar Musnahkan 50 Bom Sisa Perang Kemerdekaan, dari Granat hingga Roket
Raden Soedarsono melakukan percobaan bersama pekerjanya. Puteri menyebut ada 13 orang yang bekerja dengan Soedarsono sebagai staf pembuatan avtur. Di antaranya Sugiman yang memimpin laboratorium, Muhammad Ssbagai pembuat pabrik kilang minyak, Ewot dan Sutan Anwar.
Hatta yang akan berangkat ke luar negeri dengan pesawat pasti mampir ke Jambi untuk menembus blokade Belanda. “Sebab darat dan laut sudah diblokade oleh Belanda waktu itu,” katanya.
“Jadi kalau Bung Hatta mau terbang ke luar negeri dari Yogyakarta. Pesawatnya akan mampir ke Jambi untuk isi avtur lalu terbang ke Singapura, lalu ke Burma dan lanjut ke India,” katanya saat ditemui Kompas.com pada Jumat (12/8/2022), di bilangan Sipin Kota Jambi.
“Belanda lama kelamaan tahu bahwa Jambi yang awalnya tidak dianggap penting, ternyata memproduksi avtur. Lantas Belanda berniat merebut Tanah Minyak yaitu Kenali, lalu Tempino dan Bajubang. Namun Raden Soedarsono merencanakan Bumi Hangus Kenali Asam,” katanya.
Baca juga: Sedang Tanam Pisang, Warga Temukan Granat Aktif Sisa Perang Kemerdekaan
Informasi itu sampai cepat di telinga Soedarsono. Lantas dia merencanakan pembumihangusan sumber minyak di tiga tempat itu.
“Sebab waktu itu prinsipnya walaupun kita kalah dengan Belanda, setidaknya Belanda tidak dapat apa-apa,” kata alumni Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta ini.