Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mesin Pengolah Sampah Buatan Anak SMK Pemalang Diklaim Bisa Hasilkan 500-1000 liter per hari

Kompas.com - 16/08/2022, 17:34 WIB
Kontributor Pemalang, Baktiawan Candheki,
Khairina

Tim Redaksi

PEMALANG, KOMPAS.com - Mesin pengolah sampah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) buatan para siswa Teknik Mesin SMK Satya Praja 2 Petarukan, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah resmi diluncurkan Selasa (16/8/2022).

Dari informasi yang dihimpun Kompas.com, mesin hasil kerja sama dengan Perhimpunan Alumni Jerman (PAJ) tersebut diklaim dapat menghasilkan 85-94 persen bahan bakar sejenis solar, dengan kualitas standar Euro 4.

Dan sisanya 6-15 persen berupa nafta (sejenis minyak tanah, bensin, avtur, dan thinner) serta total kapasitas 500-1000 liter per hari.

Baca juga: Buang Sampah Sembarangan, Pengunjung dan Pedagang CFD Solo Bakal Kena Sanksi

Kepala Yayasan Satya Praja Pemalang Wahono menyampaikan keinginannya untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat terutama dalam sisi teknologi.

"Salah satunya melalui teknologi ini. Kami ucapkan terima kasih kepada Persatuan Alumni Jerman (PJA) atas upayanya memberikan training kepada anak didik kami di SMK Satya Praja sehingga berhasil membuat mesin yang diharapkan nantinya bisa bermanfaat bagi semua," ujarnya.

Mewakili Bupati dalam acara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pemalang Raharjo berharap mesin itu dapat menanggulangi persoalan sampah plastik di Kabupaten Pemalang dan memberikan alternatif bahan bakar yang ekonomis bagi masyarakat.

"Pokoknya Pemda sangat mendukung kegiatan inovatif semacam ini. Yang penting konsisten dan berkelanjutan menciptakan inovasi-inovasi baru agar dapat berguna bagi masyarakat,"ucapnya.

Raharjo pun menginginkan agar unit-unit pendidikan lain di Kabupaten Pemalang mengikuti langkah yang dilakukan SMK Satya Praja 2 Petarukan.

"Bismillahirrahmanirohim, mesin pengolah limbah plastik menjadi bahan bakar resmi dan teaching factory (Teffa) SMK Satya Praja 2 Petarukan, dengan ini saya resmikan,"katanya.

"Kita akan bantu agar semuanya legal, secara emisi, secara aturan. Kita akan lakukan pendampingan," tambahnya.

Baca juga: TPA Piyungan Tutup di Hari Minggu, Masyarakat Kota Yogyakarta Diimbau Tak Buang Sampah Saat Akhir Pekan

Sementara itu, desainer mesin pengolah sampah Ahmad Juang Pratama mengatakan, mesin rancangannya ini jika digunakan secara maksimal mampu mengendalikan sampah plastik, terutama 'unvaluable' plastik.

"Jadi kita nggak nabrak pengepul-pengepul plastik. Dari sesuatu yang tidak berharga seperti plastik-plastik bungkus Indomie bisa kita olah. Lalu limbah B3 seperti oli bekas, tapi itu perlu didiskusikan lebih lanjut, takutnya menabrak aturan yang sudah ada,"katanya.

"Secara umum cara kerja mesin itu merubah plastik atau oli bekas menjadi hidrokarbon. Komponen mesinnya berupa reaktor, tower katalis, pemurni solar, penampung nafta, penampung bensin, dan bak sirkulasi pendingin," ujarnya.

Lebih lanjut, pembuatan mesin tersebut sebagai wijud visi Pemkab Pemalang dengan mengajak anak-anak SMK untuk berkontribusi.

"Di sini saya cuma mendesain, yang buat anak-anak SMK. Hitungannya untuk satu kilogram sampah plastik dapat menghasilkan 0,9 sampai 1 liter BBM. Disini kita ingin menciptakan produk yang mempunyai nilai ekonomis tinggi artinya percuma kita produksi solar, tapi dijual dengan harga Rp10.000,"ujarnya.

Meski demikian, kata Ahmad, tantangan ke depan adalah penyediaan sampah untuk bahan baku.

"Kita tidak perlu muluk-muluk mengklaim sebagai buatan anak bangsa. Yang terpenting yaitu bisa mengatasi problem sampah yang sudah ada, serta pemberdayaan anak-anak SMK,"paparnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Usai Lebaran, Perbaikan Tanggul Jebol Sungai Wulan Demak Dikebut

Usai Lebaran, Perbaikan Tanggul Jebol Sungai Wulan Demak Dikebut

Regional
Viral, Video Truk Meluncur Tanpa Sopir di Tol Kalikangkung, Ini Penyebabnya

Viral, Video Truk Meluncur Tanpa Sopir di Tol Kalikangkung, Ini Penyebabnya

Regional
Letusan Gunung Ruang Sudah Mereda, Statusnya Masih Awas

Letusan Gunung Ruang Sudah Mereda, Statusnya Masih Awas

Regional
Anggota Polisi yang Mabuk Sambil Ngebut Bawa Mobil Kasat Narkoba di Riau Ditahan

Anggota Polisi yang Mabuk Sambil Ngebut Bawa Mobil Kasat Narkoba di Riau Ditahan

Regional
BEM FH Undip Serahkan 'Amicus Curiae' ke MK, Berisi soal Permasalahan Pilpres

BEM FH Undip Serahkan "Amicus Curiae" ke MK, Berisi soal Permasalahan Pilpres

Regional
Labuan Bajo Tuan Rumah Dialog Tingkat Tinggi Indonesia-China, Polda NTT Siapkan Ratusan Personel

Labuan Bajo Tuan Rumah Dialog Tingkat Tinggi Indonesia-China, Polda NTT Siapkan Ratusan Personel

Regional
Gratifikasi Parsel Lebaran Pejabat Pemkot Salatiga Diberikan ke Tenaga Kebersihan

Gratifikasi Parsel Lebaran Pejabat Pemkot Salatiga Diberikan ke Tenaga Kebersihan

Regional
Sakit Hati Menantu terhadap Ibu Mertua yang Berujung Maut

Sakit Hati Menantu terhadap Ibu Mertua yang Berujung Maut

Regional
Kapal Tanpa Nama dari Bima Sudah Dua Hari Hilang Kontak di Perairan Gili Motang Labuan Bajo

Kapal Tanpa Nama dari Bima Sudah Dua Hari Hilang Kontak di Perairan Gili Motang Labuan Bajo

Regional
Polisi Mabuk Ngebut Bawa Fortuner, Tabrak Kantor Dinas Peternakan

Polisi Mabuk Ngebut Bawa Fortuner, Tabrak Kantor Dinas Peternakan

Regional
Harga Bawang Merah Tembus Rp 70.000 Per Kg, Ibu-ibu di Semarang Pusing

Harga Bawang Merah Tembus Rp 70.000 Per Kg, Ibu-ibu di Semarang Pusing

Regional
Pemasangan Talud Pelabuhan Nelayan di Bangka Terkendala Kewenangan

Pemasangan Talud Pelabuhan Nelayan di Bangka Terkendala Kewenangan

Regional
Dampak Banjir Bandang di Lombok Utara, 13 Rumah Warga dan Jembatan Rusak

Dampak Banjir Bandang di Lombok Utara, 13 Rumah Warga dan Jembatan Rusak

Regional
Cepatnya Peningkatan Status Gunung Ruang, Potensi Tsunami Jadi Faktor

Cepatnya Peningkatan Status Gunung Ruang, Potensi Tsunami Jadi Faktor

Regional
'Tradisi' Warga Brebes Usai Idul Fitri, Gadaikan Perhiasan Emas Setelah Dipakai Saat Lebaran

"Tradisi" Warga Brebes Usai Idul Fitri, Gadaikan Perhiasan Emas Setelah Dipakai Saat Lebaran

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com