Bahkan ia dijanjikan 20 hektar tanah, agar dia tidak bersuara lagi terkait Hutan Pematang Damar. Semuanya ditolak mentah-mentah.
Pusing bukan kepalang menghadapi Adi, akhirnya hutan Pematang Damar dibakar pada 2015. Kala itu, terjadi kabut asap yang berasal dari ratusan titik lahan terbakar di Jambi.
Adi menduga hutan sengaja dibakar atau karena kawasan hutan Pematang Damar yang merupakan hutan gambut, terbakar karena sudah dikeringkan dengan sistem kanalisasi.
Kembali ke rumah
Perjuangan Adi dan GMB pupus setelah Pematang Damar terbakar. Ada puluhan anggrek alam di sana mati. Pohon-pohon terpanggang menjadi abu.
Di tengah kebuntuan itu, Adi mendapatkan ilham, untuk menanam anggrek di belakang rumah. Kebun sawitnya seluas 3,5 hektar menjadi korban, karena disulap menjadi tempat konservasi anggrek.
"Ada 76 spesies dari 84 anggrek yang diselematkan, kini hidup di tempat konservasi, di tanah pribadi miliknya namun dikelola secara komunitas," kata dia.
Sampai sekarang, sudah lebih dari 1.000 anggrek macan yang ditanam. Kata Adi fokusnya memang anggrek macan, karena teridentifikasi anggrek terbesar dan terberat di dunia.
"Anggrek terbesar dan terberat di dunia. Muarojambi inilah habitatnya. Selain candi terluas di Asia, juga ada anggrek. Itu alasannya kami pilih anggrek macan," kata pria 42 tahun ini.
Selain anggrek dia juga menanam pohon lokal seperti bungur, bengkal, labu kayu, putat, kayu aro nasi, kayu aro sudu, beringin, kemenyan putih, tampung, pulai, cupak, bedaro, tempunek dan kecapi. Total lebih dari 30 jenis kayu lokal yang ditanam.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.