Berdasarkan hasil otopsi, kematian korban disebabkan asfiksia atau kekurangan oksigen akibat dekapan. Kadek menemukan hal tersebut ketika melakukan olah TKP bersama Kapolresta Mataram Kombes Pol Mustofa.
"Sementara ini keterangan tersangka sinkron dengan hasil olah TKP dan hasil otopsi," kata Kadek.
Kompas.com sempat mendatangi rumah keluarga korban R di Otak Desa Utara, Ampenan, Senin (15/8/2022).
Sejak kecil korban diasuh dan dibesarkan bibinya, Roh (50), di rumah tersebut. Korban baru pindah dari rumah Roh setelah membeli rumah subsidi di BTN Citra Persada, Desa Medas, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat.
"Saya tidak percaya dia sudah pergi, karena itu dada saya rasanya sakit kalau mengingatnya, " kata Roh sambil memegang dadanya dengan mata berkaca.
Menurut Roh, korban adalah anak baik dan rajin beribadah. Ia pun tak bisa memberikan pernyataan apa pun terkait pengakuan tersangka. Roh hanya menangis.
Baca juga: Akhir Tragis Kisah Cinta Sang Guru TK, Tewas Dibunuh Kekasihnya
Kakak sepupu korban, Mahyudi (29), mengatakan, telah lama mengenal R. Mereka tumbuh bersama diasuh oleh ibu Mahyudi, Roh.
"Kami keluarga dan kawan-kawan alamarhumah tidak percaya dengan pengakuan pelaku itu, tidak mungkin adik saya begitu, kami hanya bisa mengatakan itu, kami benar benar tidak percaya," kata Yudi saat berbincang dengan Kompas.com.
Menurut Yudi, keluarga belum bersedia memberi keterangan lebih banyak. Keluarga kecewa dan tak percaya dengan pengakuan pelaku.
Sebelumnya, R ditemukan tewas di kamar mandi rumahnya di BTN Citra Persada, Desa Medas, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat, Jumat (29/7/2022).
Korban ditemukan tewas oleh ibu kandungnya yang curiga R tak pernah bisa dihubungi. Ibu korban langsung mendatangi rumah dan menemukan R dalam keadaan tak bernyawa di kamar mandi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.