Dari sinilah, pada 14 Agustus 1945, pemuka adat Kerajaan Bajeng menggelar ritual Gaukang Tubajeng yang diikuti ratusan warga dengan mengibarkan bendera kerajaan dan bendera perang serta bendera merah putih.
"Dari informasi dari perwira Jepang ini maka leluhur kami menggelar ritual Gaukang Tubajeng, dengan mengibarkan bendera kerajaan dan bendera perang," ujar Masykur Mansyur, tokoh adat kerajaan Bajeng kepada Kompas.com, di sela kegiatan.
"Saat dua bendera dikibarkan secara bersamaan, maka itu pertanda kerajaan dalam status darurat dan bersiap perang dan selain itu bendera merah putih juga dikibarkan," tutur dia.
Pangdam 14 Hasanuddin, Mayjen TNI Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki, yang hadir sebagai pembina upacara, mengaku sangat mengapresiasi tradisi tersebut,
Ini merupakan bukti sejarah perjuangan leluhur dan memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan.
"Alhamdulilah ini adalah fakta sejarah yang menjadi tradisi bagaimana perjuangan leluhur kita dahulu dalam merebut dan mempertahankan Republik Indonesia," tutup dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.