Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jenazah Wanita di Mamuju Ditandu 13 Km Pakai Keranda karena Puskesmas Tolak Pinjamkan Ambulans

Kompas.com - 14/08/2022, 12:23 WIB
Himawan,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

MAMUJU, KOMPAS.com - Jenazah seorang wanita asal Mamuju, Sulawesi Barat, bernama Tanisa, terpaksa ditandu sejauh 13 kilometer usai pihak puskesmas menolak meminjamkan ambulans pada Selasa (9/8/2022) lalu. 

Kejadian ini terekam dalam video yang diunggah pemilik akun Facebook bernama Fenny Tadius.

Baca juga: Detik-detik Pesepak Bola Tewas Disambar Petir Saat Bertanding di Stadion

 

Dalam video berdurasi 25 detik itu, terlihat jenazah yang masih berada di keranda, ditandu oleh beberapa orang melintasi jalan raya. 

Baca juga: Saat Kemarahan Gibran Tak Terbendung Tahu Paspampres Pukul Seorang Warganya...

Saat dikonfirmasi, Fenny Tadius yang merupakan keponakan Tanisa menjelaskan, sebelum meninggal, bibinya itu sempat dirawat di Puskesmas Kalumpang, Mamuju, pada Senin (8/8/2022). 

Namun saat berada di puskesmas, kondisi Tanisa semakin parah hingga keluarga ingin membawanya kembali untuk dirawat di rumahnya. 

"Maka pihak keluarga kembali meminta ke pihak puskesmas untuk diantar kembali karena keluarga sudah pikirkan bahwa apabila orangtua kami meninggal, tidak akan diantar oleh ambulans. Karena ada statment dari pihak puskesmas bahwa ambulans tidak bisa mengantar jenazah," ujar Fenny kepada Kompas.com di Mamuju, Minggu (14/8/2022). 

Permintaan keluarga korban, kata Fenny, ditolak oleh puskesmas.

Akhirnya keluarga korban pasrah dan sabar menjaga Tanisa hingga pada Selasa atau keesokan harinya, tepat pada pukul 07.00 Wita, Tanisa meninggal dunia. 

Fenny dan keluargan mengaku kecewa apalagi saat bibinya meninggal, pihak puskesmas tetap menolak mengantar jenazah mendiang kembali ke rumahnya meski sopir yang membawa ambulans puskesmas juga masih kerabatnya. 

Puskesmas berkilah bahwa ambulans hanya digunakan untuk membawa pasien yang sedang sakit.

 

Hal ini pada akhirnya membuat keluarga menandu keluar Tanisa kembali ke rumah duka sejauh 13 kilometer. 

"Seperti perkiraan keluarga bahwa ambulans tidak bisa dipakai antar jenazah dan betul itu tejadilah penolakan dari pihak puskesmas. Maka keluarga mengambil inisiatif untuk menandu jenazah orangtua kami," imbuh Fenny.

Penjelasan Pemkab Mamuju 

Menanggapi hal ini, Bupati Mamuju Sutinah Suhardu meminta maaf dan menyesalkan sikap pihak Puskesmas Kalumpang yang tidak mempunyai inisiatif untuk mengantarkan jenazah Tanisa. 

Sutinah saat ini sedang mengevaluasi kepala Puskesmas Kalumpang atas kejadian tersebut. 

Sutinah berkata, dia juga telah menginstruksikan kepada seluruh kepala puskesmas untuk melayani pengantaran jenazah dari puskesmas ke rumah duka sepanjang tidak ada kasus darurat di puskesmas itu.

"Ambulans boleh dipakai mengantar jenazah sepanjang tidak ada kejadian darurat di puskesmas tersebut," ujar Sutinah. 

Pemkab Mamuju juga akan menyerahkan sejumlah ambulans ke beberapa desa agar bisa digunakan untuk melayani masyarakat.

"Insya Allah dalam waktu dekat kita akan menyerahkan 10 ambulans untuk dipergunakan di desa-desa dalam melayani masyarakat," imbuh dia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pimpinan Ponpes Cabul di Semarang Divonis 15 Tahun Penjara

Pimpinan Ponpes Cabul di Semarang Divonis 15 Tahun Penjara

Regional
Viral, Video Penggerebekan Judi di Kawasan Elit Semarang, Ini Penjelasan Polisi

Viral, Video Penggerebekan Judi di Kawasan Elit Semarang, Ini Penjelasan Polisi

Regional
Pj Wali Kota Tanjungpinang Jadi Tersangka Kasus Pemalsuan Surat Tanah

Pj Wali Kota Tanjungpinang Jadi Tersangka Kasus Pemalsuan Surat Tanah

Regional
Polisi Aniaya Istri Gunakan Palu Belum Jadi Tersangka, Pelaku Diminta Mengaku

Polisi Aniaya Istri Gunakan Palu Belum Jadi Tersangka, Pelaku Diminta Mengaku

Regional
Ngrembel Asri di Semarang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Ngrembel Asri di Semarang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
Gunung Ruang Kembali Meletus, Tinggi Kolom Abu 400 Meter, Status Masih Awas

Gunung Ruang Kembali Meletus, Tinggi Kolom Abu 400 Meter, Status Masih Awas

Regional
Lansia Terseret Banjir Bandang, Jasad Tersangkut di Rumpun Bambu

Lansia Terseret Banjir Bandang, Jasad Tersangkut di Rumpun Bambu

Regional
Polda Jateng: 506 Kasus Kecelakaan dan 23 Orang Meninggal Selama Mudik Lebaran 2024

Polda Jateng: 506 Kasus Kecelakaan dan 23 Orang Meninggal Selama Mudik Lebaran 2024

Regional
Disebut Masuk Bursa Pilgub Jateng, Sudirman Said: Cukup Sekali Saja

Disebut Masuk Bursa Pilgub Jateng, Sudirman Said: Cukup Sekali Saja

Regional
Bupati dan Wali Kota Diminta Buat Rekening Kas Daerah di Bank Banten

Bupati dan Wali Kota Diminta Buat Rekening Kas Daerah di Bank Banten

Regional
Pengusaha Katering Jadi Korban Order Fiktif Sahur Bersama di Masjid Sheikh Zayed Solo, Kerugian Rp 960 Juta

Pengusaha Katering Jadi Korban Order Fiktif Sahur Bersama di Masjid Sheikh Zayed Solo, Kerugian Rp 960 Juta

Regional
45 Anggota DPRD Babel Terpilih Dilantik 24 September, Ini Fasilitasnya

45 Anggota DPRD Babel Terpilih Dilantik 24 September, Ini Fasilitasnya

Regional
Golkar Ende Usung Tiga Nama pada Pilkada 2024, Satu Dosen

Golkar Ende Usung Tiga Nama pada Pilkada 2024, Satu Dosen

Regional
Pascabanjir, Harga Gabah di Demak Anjlok Jadi Rp 4.700 per Kilogram, Petani Tidak Diuntungkan

Pascabanjir, Harga Gabah di Demak Anjlok Jadi Rp 4.700 per Kilogram, Petani Tidak Diuntungkan

Regional
Terjebak di Dalam Mobil Terbakar, ASN di Lubuklinggau Selamat Usai Pecahkan Kaca

Terjebak di Dalam Mobil Terbakar, ASN di Lubuklinggau Selamat Usai Pecahkan Kaca

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com