Sebagian daerahnya berada di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser.
Bahasa Jamee atau bahasa Aneuk adalah bahasa umum serta mayoritas digunakan oleh masyarakat Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, dan sebagian kecil masyarakat Aceh Barat (Simeulue dan Singkil).
Orang Aceh menyebut bahasa Jamee juga bahasa Baiko.
Dalam bahasa Aceh, Jamee berarti Tamu. Jadi, bahasa Jamee adalah bahasa Tamu yang menjadi bahasa daerah Aceh di Kabupatan Aceh Selatan.
Baca juga: 3 Jurus Kemendikbud Ristek Atasi Kepunahan Bahasa Daerah
Bahasa Tamu mirip dengan bahasa Padang, karena bahasa Tamu dibawa oleh keturunan Minangkabau yang tersebar di daerah pesisi barat dan selatan Aceh.
Wilayah-wilayah itu terdiri dari Kabupaten Aceh Barat, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Pulau Seumelu yang bermigrasi dan berdomisili di Aceh.
Akhirnya bahasa Tamu menjadi salah satu bahasa di Aceh bagian selatan.
Bahasa Gayo digunakan oleh masyarakat yang bermukim di Kabupaten Bener meriah, Gayo Lues, Aceh Tengah, dan sebagian Aceh Tenggara.
Bahasa Gayo memiliki perbedaan dialek dan kosakata, hingga membedakan dalam bentuk bahasa Gayo, antara lain Gayo Lut, Gayo Lues, Gayo Deret, Lokop, dan Kalul.
Bahasa Kluet atau Kluat merupakan anak dari bahasa Gayo dan bahasa Alas, karena orang dari suku Kluet mengerti bahasa Gayo dan bahasa Alas.
Ada beberapa kata bahasa Kluet yang mirip dengan bahasa suku Karo di Sumatera Utara.
Bahasa Kluet hanya terdapat di beberapa daerah di Aceh Selatan, terutama kecamatan yang menggunakan kata Kluet, seperti Kecamatan Kluet Utara, Kluet Timur, Kluet Selatan, dan Kluet Tengah.
Ada tiga dialek bahasa Kluet, yaitu Manggamat, Paya Dapur, dan Krueng Kluet.
Bahasa Temiang adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat Aceh Temiang yang sangat kental dengan dialek bahasa Melayu. Bahasa Temiang dimiliki oleh daerah tingkat II Kabupaten Aceh Temiang.
Baca juga: Wabup Aceh Tengah Khawatir Bahasa Gayo Punah karena Tak Sering Digunakan
Bahasa suku Aceh Temiang terbagi menjadi dua, yaitu suku Temiang Hulu dan suku Temiang Hilir.