LABUAN BAJO, KOMPAS.com- Ketua Asosiasi Travel Agen Indonesia (Astindo) Labuan Bajo, Ignassius Suradin menilai ada kolaborasi dan peran besar dari wisatawan, masyarakat kepulauan, dan masyarakat pariwisata dalam menjaga kelestarian ekosistem dan konservasi di TNK.
Wisatawan yang berkunjung ke Pulau Komodo rata-rata melakukan short trekking dengan jangkauan paling tinggi dua kilometer.
Otoritas Balai Taman Nasional Komodo juga disebut telah membuat jalur trekking di zona pemanfaatan pariwisata yang bukan zona inti, sehingga dinilai tidak merusak ekosistem di dalam kawasan.
Baca juga: Kenaikan Tarif Masuk ke TN Komodo Ditunda, Astindo Labuan Bajo: Bukti Pemerintah Rensponsif
Berdasarkan penelitian, lanjut dia, di Pulau Komodo ada 1.500-2500 satwa Komodo hidup di kawasan seluas hampir 30.000 kilometer persegi.
"Lama kunjungan wisatawan hanya kurang lebih dua jam serta aktivitas yang sangat terbatas dan di zona yang sudah disiapkan oleh otoritas, sehingga tidak terganggunya ekosistem dan konservasi di dalam wilayah Taman Nasional Komodo," jelas Ignasius saat dihubungi Kompas.com, Selasa sore.
Ia menyebutkan, di zona pemanfaatan terutama di Loh Liang, wisatawan hanya melihat rata-rata dua hingga empat ekor Komodo. Hal itu terjadi bertahun-tahun.
Baca juga: Tidak Hanya Ditunda, Pelaku Wisata di Labuan Bajo Minta Kenaikan Tiket TN Komodo Dibatalkan
Sedikitnya komodo yang dilihat bukan karena rusaknya ekosistem, tetapi karena habitat Komodo sangat luas.
Di satu sisi waktu kunjungan wisatawan begitu singkat dan zona pemanfaatan yang begitu kecil.
"Kami mendorong agar perubahan (apa pun) di Taman Nasional Komodo sesuai Undang-Undang atau peraturan yang berlaku sebagaimana taman nasional lain di seluruh Indonesia," tegasnya.
Baca juga: Tarif Masuk Pulau Komodo Rp 3,75 Juta Berlaku Januari 2023, Kemenparekraf: Sambil Dikomunikasikan