Di sisi lain, The Maritime Silk Road atau jalur Sutera Maritim dianggap sebagai kekuatan penting kekuasaan politik dan ekonomi. Terdapat tiga arteri utama yang masuk di dalamnya.
“Pertama adalah arteri yang menghubungkan China dengan Eropa melalui Laut China Selatan, Sumatra Hindia, Laut Mediterania, dan menuju Atlantik. Arteri kedua menghubungkan China dengan Australia dan Selandia Baru melalui Laut China Selatan, dan melewati perairan sekitar Indonesia. Ketiga adalah arteri yang membentang melalui Samudra Arktik, melewati sepanjang pantai utara Rusia untuk terhubung dengan wilayah Nordik dan bagian lain Eropa melewati Kanada," papar Sri Sultan.
Sri Sultan menilai, atas dasar keberlanjutan dan kesinambungannya, maka Pancamulia diangkat kembali dan diletakkan posisinya sebagai Visi RPJMD 2022-2027.
Hal ini sesuai dengan pidato visi misi Gubernur DIY tahun 2017, kemuliaan martabat manusia Jogja menyandang misi "lima kemuliaan" atau Pancamulia.
“Pancamulia sebagai Visi RPJMD 2022-2027 memiliki keterkaitan dan relevansi substansi dengan amanah dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya Pasal 5 yang memberikan amanah Pengaturan Keistimewaan DIY," katanya.
Baca juga: Sultan HB X Tak Akan Beri Bantuan Hukum Tersangka Dugaan Korupsi Mandala Krida
Ada tiga hal utama yang saling mengkait dan menjadi prioritas perhatian dari Visi dan Misi Gubernur DIY 2022-2027. Ketiga hal tersebut adalah kawasan selatan, Reformasi Kalurahan, dan Teknologi Informasi.
Jika dijabarkan ke dalam proposisi lengkap, maka proposisinya adalah “Mewujudkan Pancamulia Masyarakat Jogja melalui Reformasi Kalurahan, Pemberdayaan Kawasan Selatan, serta Pengembangan Budaya Inovasi dan Pemanfaatan Teknologi.” Penjelasannya sebagai berikut:
1. Kawasan selatan
Kawasan selatan mencakup wilayah bagian selatan Kulon Progo, Bantul, dan Gunung Kidul merupakan wilayah yang masih memiliki angka kemiskinan yang relatif tinggi dibanding dengan wilayah tengah dan utara.
Kawasan selatan juga dipahami sebagai kawasan yang memiliki kekhususan teritorial.
“Di wilayah Kulon Progo terdapat 18,38 persen penduduk miskin, sementara di Bantul 14,04 persen, di Gunungkidul 17,69 persen,” sebut Sri Sultan.
Meski demikian, pembangunan kekhusuan teritorial ini tidak hanya difokuskan di kawasan selatan saja, melainkan juga menyeluruh ke kawasan tengah dan ke kawasan utara.
"Ibarat kepala, badan, dan kaki, maka Yogyakarta harus dibangun secara menyeluruh dan utuh," ujar Ngarsa Dalem.
2. Reformasi kalurahan
Lembaga Kalurahan sebagai ujung hirarki dari sistem tatanan kelembagaan di Yogyakarta yang memiliki kedekatan langsung dengan masyarakat, menjadi pilihan yang tepat untuk dijadikan modal sekaligus model bagi upaya Yogyakarta untuk menjawab kompleksitas dan kedalaman permasalahan yang saat ini dihadapi Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. Pengembangan Budaya Inovasi dan Pemanfataan Teknologi
Teknologi digunakan sebagai alat untuk mempercepat transformasi spasial (Kawasan Selatan) serta transformasi kelembagaan (reformasi kalurahan).
Transformasi spasial akan mengarah pada Penguatan Kekhususan Wilayah dalam rangka Penguatan Kehidupan dan Penghidupan Warga.
Penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi akan mencakup penyediaan infrastruktur informasi, sistem informasi desa, sistem tata kelola dan pengolahan lahan berbasis teknologi informasi, serta sistem deteksi dini permasalahan-permasalahan alam dan sosial yang dihadapi warga.
Tolok ukur keberhasilan Pancamulia
Terwujudnya Pancamulia, selanjutnya dapat diukur dari capaian-capaian yang dapat diukur sebagai berikut: