TANJUNGPINANG, KOMPAS.com - Perlawanan terhadap penjajahan Belanda terjadi di semua daerah di Indonesia. Tak terkecuali di daerah kerajaan Riau-Lingga, yang saat ini berada di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Provinsi Kepri sendiri berada di daerah terluar negara yang berbatasan dengan sejumlah negara tetangga.
Satu pahlawan Nasional yang terkenal di Kepri adalah Raja Haji Fisabilillah. Bahkan namanya disematkan di Bandara Kota Tanjungpinang, yaitu Bandara RHF (Raja Haji Fisabilillah).
Baca juga: Daftar 10 Pahlawan Nasional Asal Yogyakarta, Ada Ki Hajar Dewantara
Kisah dari raja Kerajaan Riau dengan gelar Yang Dipertuan Muda Riau IV ini sangat menarik.
Dalam buku "Riwayat Singkat Pahlawan Nasional Raja Haji Fisabilillah" yang diterbitkan Pemerintah Kota Tanjungpinang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang tahun 2007, tertulis bahwa penjajah Belanda sangat membenci Raja Haji Fisabilillah.
Penjajah Belanda sampai memberinya gelar sebagai perompak, lanun, avinturir, raja api ataupun gelar-gelar sejenis lainnya.
Bahkan Belanda juga menyamakan Raja Haji Fisabilillah dan angkatan perangnya seperti bangsa Viking yang disebut sebagai penjarah laut di kawasan Eropa Utara.
Di sisi lain, gelar-gelar yang diberikan Belanda membuktikan kebesaran dan kehebatannya menentang penjajahan Belanda.
Raja Haji Fisabilillah dipandang Belanda sebagai tokoh sangat berbahaya karena pengaruhnya di sepanjang Selat Malaka yang merupakan jalur strategis perdagangan ataupun pelayaran.
"Raja Haji Fisabilillah ini melakukan perjuangan atau perlawanan fisik terhadap penjajah Belanda," kata Kasubag TU Badan Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Provinsi Kepulauan Riau, Zulkifli Harto, di Tanjungpinang, Selasa (9/8/2022).
Raja Haji Fisabilillah yang berdarah bangsawan Melayu dan Bugis lahir di Hulu Riau sekitar tahun 1727.
Orangtuanya adalah Daeng Celak (Yang Dipertuan Muda Riau II) dan Tengku Mandak, adik dari Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah (Yang Dipertuan Muda Riau I).
Setelah Daeng Celak meninggal dunia, digantikan oleh pamannya Daeng Kamboja, yang bergelar Yang di-Pertuan Muda Riau III.