Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temuan Keramik Kuno Asal Inggris dan Cerita Penambangan Emas di Gorontalo

Kompas.com - 07/08/2022, 17:36 WIB
Rosyid A Azhar ,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com –  Keramik koleksi Museum Purbakala Provinsi Gorontalo ini terlihat biasa saja, bentuknya seperti gelas dengan permukaan kasar yang membesar pada bagain atasnya, berwarna krem kusam dengan bekas-bekas pemakaian.

Di bagain sisinya terdapat tulisan Battersea Round, bagian atas dan di bagian bawah tertulis Morgan England. Di tepi bibirnya terdapat lekukan, seperti tempat untuk menuangkan isi.

Di museum yang menjadi UPTD Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Dikbudpora) Provinsi Gorontalo ini menyimpan dua buah koleksi ini dengan label H dan 4 buah dengan label G.

Baca juga: Benteng Kota Mas Akan Diteliti Kembali dengan Anggaran Pemkab Gorontalo Utara

Label ini tercetak di badan gelas di antara tulisan Battersea Round dan Morgan England.

“Koleksi ini berasal dari Desa Hulawa, Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara,” kata Merry Dwi Ciptaningsih Arsyad staf edukator Museum Purbakala Provinsi Gorontalo, Selasa (2/8/2022).

Menurut Merry, koleksi ini merupakan wadah yang dipakai dalam peleburan logam, berbentuk silindris menyerupai gelas dengan bagian dasar cembung.

“Pada salah satu tepian terdapat saluran terbuka sebagai tempat menuangkan cairan. Wadah ini diproduksi oleh Patent Plumbago Crucible Company, sekarang bernama Morgan Advanced Materials, sebuah pabrik kecil milik Morgan bersaudara di Battersea London yang didirikan tahun 1856,” ujar Merry Arsyad.

Baca juga: Sektor Pertanian, Kunci Tangguhnya Perekonomian Kabupaten Gorontalo di Kala Pandemi

Keramik yang dimanfaatkan untuk peleburan logam ini terbuat dari grafit atau plumbago dengan campuran tanah liat.

Kombinasi bahan tersebut membuat wadah ini mampu melelehkan logam lebih cepat dan lebih awet dari wadah lainnya pada masa itu di benua Eropa.

Keberadaan wadah pelebur logam produksi Inggris yang pernah digunakan di Gorontalo ini memiliki cerita tersendiri.

Ini terkait dengan kegiatan pertambangan emas pada masa Pemerintahan Hindia Belanda.

Keberadaan gelas keramik ini yang berasal dari Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Timur Kabupaten Gorontalo Utara ini menunjukkan ada kegiatan pertambangan di desa ini. Dalam Bahasa lokal Gorontalo, Hulawa bermakna emas.

Keramik pelebur emas produksi Inggris koleksi Museum Purbakala Provinsi Gorontalo. Koleksi ini menguak sejarah pertambangan emas di Desa Hulawa Kabupaten Gorontalo Utara.KOMPAS.COM/ROSYID A AZHAR Keramik pelebur emas produksi Inggris koleksi Museum Purbakala Provinsi Gorontalo. Koleksi ini menguak sejarah pertambangan emas di Desa Hulawa Kabupaten Gorontalo Utara.
Hulawa merupakan toponimi yang menunjukkan penamaan lokasi ini terdapat batuan yang mengandung emas.  

Desa ini sejak dulu memang menjadi lokasi tambang emas, bahkan diduga sebelum bangsa barat masuk ke Gorontalo, masyarakat sudah mencari emas di desa yang menghadap laut Sulawesi ini.

“Terus terang, dari beberapa tempat di Jawa saya belum bertemu (benda ini), ini pertama kali saya lihat,” kata Yusmaini Eriawati, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Baca juga: Rindu Dendang Suku Bajau di Teluk Tomini

Yusmaini Eriawati datang ke Gorontalo untuk menganalisis keramik koleksi museum Gorontalo.

Ia mengaku tidak mengetahui di mana benda-benda ini ditemukan, tapi dari keterangan petugas museum, benda ini ditemukan di Gorontalo.

Keberadaan keramik ini tidak terlepas dari sejarah dan keberadaan bangsa asing di Gorontalo.

Yusmaini Eriawati menyebutkan, pada abad 18-19 warga Eropa maupun China berada di daerah ini.

Keramik ini merupakan barang harian milik pribadi orang asing, seperti peralatan makan seperti mangkok sup, teko, dan piring.

Baca juga: Buah Manis Usaha Suku Bajau Jaga Hutan Bakau untuk Anak Cucu

Yang menarik Yusmaini Eriawati adalah adanya pelebur logam atau kowi. Melihat tulisan di wadah ini, Yusmaini Eriawati memastikan produk ini keluaran abad 19.

“Jika pelebur logam ini sampai di Gorontalo berarti ada tambang emas yang menggunakan wadah pelebur ini,” ujar Yusmaini Eriawati.

 

Menurutnya, barang ini diproduksi di eropa, tepatnya di Inggris.

Dalam penelusuran laman Morgan Advanced Materials, diketahui perusahaan ini didirikan oleh Morgan bersaudara pada 1856 dengan mendirikan Patent Plumbago Crucible Company.

Produk pabrik yang berlokasi di Battersea London ini adalah cawan lebur.

Salah satu keunggulan keramik ini adalah penggunaan grafit (plumbago), produk ini menggunakan campuran tanah liat untuk mempercepat logam meleleh, lebih awet dari produk serupa di benua Eropa kala itu. 

Baca juga: Benteng Kota Mas Akan Diteliti Kembali dengan Anggaran Pemkab Gorontalo Utara

Morgan sesumbar keramik produksinya menawarkan peleburan logam yang lebih hemat 50 persen untuk waktu pemrosesan, tenaga kerja, bahan bakar, hingga limbahnya.

Tidak heran produk ini sangat laris, pemasarannya mencapai seluruh dunia.

Cerita sukses penggunaan keramik pelebur emas ini hingga ke Gorontalo, diperkirakan banyak perusahaan emas yang mendatangkan produk ini dari Battersea Inggris untuk memenuhi kebutuhan industri emas, termasuk yang di Sumalata.

Keterangan menarik juga dipaparkan oleh Irna Saptaningrum, seorang arkeolog BRIN yang banyak meneliti benteng dan bangunan militer di Gorontalo.

Ia menyebut ada dokumen yang menjelaskan gubernur dan direktur (masa VOC) di Maluku telah mengikat kontrak dengan kerajaan Limutu (Limboto) pada 22 Juli 1765 dalam sebuah perjanjian.

Baca juga: Temuan Keramik dari China hingga Eropa Ungkap Cerita di Balik Benteng Kota Mas

Dalam perjanjian ini mengatur kewajiban penyetoran emas, melarang pelayaran orang asing di sungai dan pelabuhan, serta membangun benteng di Kwandang.

Saat itu sumber produksi emas di wilayah kerajaan Limboto terutama berasal dari wilayah Sumalata, daerah ini satu garis pantai dengan benteng yang dibangun.

Pembangunan benteng ini tidak lepas dari upaya pengamanan pertambangan emas dan pelayaran di Laut Sulawesi.

Eman, salah satu warga Desa Hulawa menuturkan kisah aktifitas pertambangan emas di desanya pada masa lalu.

Cerita ini didapat dari keluarganya turun-temurun. Dikatakan Desa Hulawa saat itu seperti kota besar yang dipenuhi lampu, aktifitas pekerja hilir mudik hingga larut.

Penambangan emas ini berada di jalur sungai atau sekitarnya, emas yang telah diproses ditempatkan di gudang yang menyerupai benteng.

Baca juga: Ada Penemuan Koin VOC, Benteng Kota Mas Dipagari

Di sisi bawah bagian pantai, terdapat pelabuhan yang ramai oleh aktivitas bongkar muat barang dan orang.

Pelabuhan ini masih ada hingga kini, menyisakan bangkai kapal di bawah permukaan air yang telah dijarah oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab.

Peneliti sejarah BRIN Hasanuddin juga menyebut Gorontalo memiliki pelabuhan penting di Kwandang yang melayani wilayah perairan utara di laut Sulawesi, Paguat dan Gorontalo yang melayani pelayaran di wilayah selatan yang berada di Teluk Tomini.

Pelabuhan Kwandang, Paguat dan Gorontalo berperan penting dalam perdagangan hasil tambang emas, hasil hutan dan perdagangan umum pada masa lalu.

Dijelaskan oleh Hasanuddin, hasil tambang emas Gorontalo pada masa Pemerintahan Hindia Belanda sangat produktif.

Dalam catatan Johann Friedrich Riedel misionaris Jerman yang mendapat pendidikan di negeri Belanda mengungkapkan hampir seluruh daratan Gorontalo mengandung emas.

Baca juga: Arkeolog Temukan Sumur Tua di Reruntuhan Benteng Kota Mas

Jauh sebelum masa Pemerintahan Hindia Belanda, di mata orang eropa dan VOC, Gorontalo semakin penting setelah penemuan batuan yang mengandung emas di perbatasan dengan Kaidipang pada 1721.

Setelah VOC bangkrut dan bubar, tambang-tambang emas ini dikuasai Pemerintah Hindia Belanda.

Bahkan dalam setiap kontrak yang dipaksakan kepada 5 kerajaan di Gorontalo mengharuskan setiap raja menyetor emas setiap tahunnya, setoran ini bergantung dari jumlah produksi yang dikelola raja.

“Ada 52 perusahaan yang melakukan ekplorasi dan eksploitasi tambang emas pada masa kolonial. Ini menunjukkan bahwa tanah Gorontalo kaya tambang emas, belum lagi mineral lainnya,” ungkap Hasanuddin.

 

Banyaknya perusahaan tambang emas yang beroperasi di Gorontalo kala itu, salah satunya adalah firma Bauermann & parmentier yang melakukan investasi pertambangan emas di Gorontalo pada 1885.

Dari perusahaan-perusahaan tambang inilah peralatan penambangan dan peleburan emas didatangkan dari luar daerah, bahkan dari belahan bumi lainnya.

Dari keramik pelebur emas ini, Gorontalo dikenal memiliki kualitas emas terbaik. Tidak heran hingga kini aktivitas pertambangan masih terus berjalan di lokasi yang pernah dieksploitasi bangsa barat.

Baca juga: Arkeolog Temukan Sumur Tua di Reruntuhan Benteng Kota Mas

Data produk emas yang diekspor ke daerah lain dari Gorontalo sejak era VOC hingga Pemerintah Hindia Belanda menyebut pada 1739-1749 produksinya mencapai 47,9 kilogram, 1749-1755 sebanyak 61,2 kilogram, 1758-1766 sebanyak 54,7 kilogram, 1771-1778 mencapai 42,4 kilogram, 1784-1789 sebanyak 12,7 kilogram.

Masa Pemerintah Hindia Belanda pada 1820-1827 sebanyak 11,3 kilogram, 1828-1838 sebanyak 34,2 kilogram dan 1838-1848 sebanyak 13,6 kilogram.

Jumlah produksi ini yang tercatat pada pemerintah masa itu, belum termasuk produksi yang dikelola oleh masyarakat atau kelompok lain.

Kisah gelas keramik pelebur emas koleksi Museum Purbakala Provinsi Gorontalo menjadi saksi geliat dunia pertambangan emas pada masa itu.

Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Provinsi Gorontalo Wahyudin Athar Katili mengatakan, kajian koleksi keramologi dan teknologika sangat penting untuk untuk mengetahui informasi benda.

Baca juga: Struktur Misterius di Reruntuhan Benteng Kota Mas Gorontalo

Menurutnya, keramik koleksi museum bukan hanya dapat dilihat secara fisik, tapi juga mengandung informasi penting.

“Keramik ini dapat diketahui berasal dari mana, misalnya dari eropa. Ini menandakan peradaban Gorontalo masa itu sudah memiliki hubungan dengan bangsa lain,” kata Wahyudin Athar Katili.

Ia juga menjelaskan keramik juga memberi informasi teknologi pembuatan dan tingkat peradaban pada masa itu.  Sajian informasi keramik unik dan penting untuk diketahui kaum muda.

Keramik pelebur emas ini akan dikenang dan memberi informasi kepada setiap pengunjung museum. Merry Arsyad dan juga petugas lain dengan ramah akan memandu pengunjung dari koleksi ke koleksi sesuai urutan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gratifikasi Parsel Lebaran Pejabat Pemkot Salatiga Diberikan ke Tenaga Kebersihan

Gratifikasi Parsel Lebaran Pejabat Pemkot Salatiga Diberikan ke Tenaga Kebersihan

Regional
Sakit Hati Menantu terhadap Ibu Mertua yang Berujung Maut

Sakit Hati Menantu terhadap Ibu Mertua yang Berujung Maut

Regional
Kapal Tanpa Nama dari Bima Sudah Dua Hari Hilang Kontak di Perairan Gili Motang Labuan Bajo

Kapal Tanpa Nama dari Bima Sudah Dua Hari Hilang Kontak di Perairan Gili Motang Labuan Bajo

Regional
Polisi di Pelalawan Setir Mobil Sambil Mabuk, Tabrak Pagar Kantor

Polisi di Pelalawan Setir Mobil Sambil Mabuk, Tabrak Pagar Kantor

Regional
Harga Bawang Merah Tembus Rp 70.000 Per Kg, Ibu-ibu di Semarang Pusing

Harga Bawang Merah Tembus Rp 70.000 Per Kg, Ibu-ibu di Semarang Pusing

Regional
Pemasangan Talud Pelabuhan Nelayan di Bangka Terkendala Kewenangan

Pemasangan Talud Pelabuhan Nelayan di Bangka Terkendala Kewenangan

Regional
Dampak Banjir Bandang di Lombok Utara, 13 Rumah Warga dan Jembatan Rusak

Dampak Banjir Bandang di Lombok Utara, 13 Rumah Warga dan Jembatan Rusak

Regional
Cepatnya Peningkatan Status Gunung Ruang, Potensi Tsunami Jadi Faktor

Cepatnya Peningkatan Status Gunung Ruang, Potensi Tsunami Jadi Faktor

Regional
'Tradisi' Warga Brebes Usai Idul Fitri, Gadaikan Perhiasan Emas Setelah Dipakai Saat Lebaran

"Tradisi" Warga Brebes Usai Idul Fitri, Gadaikan Perhiasan Emas Setelah Dipakai Saat Lebaran

Regional
Banjir Bandang di Musi Rawas Utara, 2 Korban Tewas, 1 Hilang

Banjir Bandang di Musi Rawas Utara, 2 Korban Tewas, 1 Hilang

Regional
Penduduk Pulau Tagulandang Dihantui Hujan Batu Pasir Gunung Ruang

Penduduk Pulau Tagulandang Dihantui Hujan Batu Pasir Gunung Ruang

Regional
Soal Dugaan Kekerasan Seksual di Kampusnya, BEM Undip: Banyak Korban Takut Bersuara

Soal Dugaan Kekerasan Seksual di Kampusnya, BEM Undip: Banyak Korban Takut Bersuara

Regional
Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup Sementara akibat Dampak Erupsi Gunung Ruang

Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup Sementara akibat Dampak Erupsi Gunung Ruang

Regional
Namanya Masuk Bursa Pilkada Solo, Gusti Bhre: Saya Fokus di Mangkunegaran Dulu

Namanya Masuk Bursa Pilkada Solo, Gusti Bhre: Saya Fokus di Mangkunegaran Dulu

Regional
Fakta Terkini Erupsi Gunung Ruang di Sitaro, Status Awas dan Soal Potensi Tsunami

Fakta Terkini Erupsi Gunung Ruang di Sitaro, Status Awas dan Soal Potensi Tsunami

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com