JAYAPURA, KOMPAS.com - Fenomena embun beku melanda Distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, Papua, sejak awal Juni 2022 hingga menyebabkan daerah tersebut mengalami kekeringan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Papua menyebut, 548 warga terdampak bencana tersebut dan sempat mengalami kelaparan karena lahan pertanian warga rusak.
Kuyawage yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Puncak, merupakan salah satu wilayah terisolasi di wilayah pegunungan Papua.
Baca juga: Fenomena Embun Beku Muncul di Lanny Jaya Papua, Ratusan Warga Terdampak Kekeringan
Hingga kini, akses transportasi darat belum terbuka dan biasanya warga berpergian dengan berjalan kaki untuk menuju ke Distrik Tiom yang merupakan ibu kota Kabupaten Lanny Jaya.
"Pusat pemerintahan ada di Kuyawage 1 yang kalau ditempuh dengan berjalan kaki dari titik terdekat kendaraan itu waktunya bisa lebih dari satu hari," ujar Christian Sohilait, mantan Sekda Lanny Jaya 2015-2020 ketika dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (3/8/2022).
Menurut Christian, fenomena embun beku di Kuyawage sudah terjadi berulang kali. Setidaknya ia mencatat ini adalah kejadian ketiga kali.
Fenomena pertama terjadi pada 1998 dan membuat beberapa warga meninggal dunia karena kelaparan.
Pada saat itu, untuk menyalurkan bantuan, pemerintah menggunakan helikopter dan ia mengaku melihat langsung kondisi Kuyawage.
Baca juga: 4 Kabupaten Sepakati Dana Hibah Senilai Rp 50 Miliar untuk Provinsi Papua Selatan
"Jadi embun beku itu bikin daerah itu kering. Embun itu turun mulai jam 2 pagi sampai pagi, itu dingin sekali. Lalu siang hari panas terik, jadi tanaman rusak semua," tutur Christian yang mengaku sudah merasakan langsung fenomena tersebut.
Lalu fenomena kedua terjadi pada 2015 saat ia sudah menjabat sebagai Sekda.
Ketika itu, dampak embun beku tidak terlalu parah karena pemerintah cepat menyalurkan bantuan pangan menggunakan helikopter.
Christian mengungkapkan, usai embun beku pada 2015, ia meminta Dinas Pertanian untuk mencari jenis tanaman yang bisa bertahan dalam cuaca ekstrem sehingga ketika fenomena tersebut terjadi lagi, masyarakat tetap memiliki cadangan pangan.
Namun hingga ia dilantik menjadi Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Papua, rencana tersebut belum terlaksana.
"Waktu itu kita pikir itu fenomena 20 tahunan, tapi ternyata baru tujuh tahun ini sudah terjadi lagi, mungkin karena perubahan iklim. Waktu 2015 kita sudah memikirkan bagaimana masyarakat Kuyawage memiliki lumbung pangan, tapi sampai sekarang belum jadi juga," kata dia.
Baca juga: Sindikat Curanmor di Papua Ditangkap, 2 Pelaku Terjaring Saat Razia di Jalan Trans Jayapura-Wamena
Sulitnya akses ke Kuyawage diperparah dengan faktor keamanan karena daerah tersebut merupakan wilayah Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Purom Wenda.