Rian berharap, penggunaan joki cilik dalam pacuan kuda dihapus. Dia khawatir terulang insiden seperti yang dialami adiknya. Apalagi, joki saat ini rata-rata usianya 6 tahun sehingga sulit bagi mereka untuk mengendalikan laju kuda.
"Sebaiknya hentikan saja joki cilik ini, kasihan sudah semakin kecil juga sekarang jokinya. Bahkan, di bawah Alfian ada juga yang sudah joki saat ini," ungkapnya.
Baca juga: Ironi Joki Cilik Pacuan Kuda, Tradisi yang Rentan Eksploitasi
Sementara itu, Umbu Indra (26), mantan joki yang kini diupah untuk melatih kuda pacuan milik Rahmat Adi Putra, mengatakan, setiap kali turnamen pihaknya mengontrak joki cilik.
Seperti waktu gelaran pacuan kuda di Penyaring, Kabupaten Sumbawa, beberapa waktu lalu. Ia mengontrak joki untuk dua kali tunggangan Rp 600.000. Karena kuda tersebut berhasil merebut bendera juara, joki bernama Fikra itu lantas diberi bonus tambahan Rp 2,5 juta.
"Saya kontrak tapi karena dia juara saya kasih lebih uangnya Rp 2,5 juta. Waktu juara itu kami cuma dapat uang Rp 7 juta, itu belum dipotong biaya untuk jokinya," kata Indra.
Menurut dia, uang hasil juara dari setiap pacuan sebenarnya tidak sepadan dengan biaya perawatan yang dikeluarkan untuk kuda pacu.
Dalam sebulan, pemilik kuda biasanya mengeluarkan biaya minimal Rp 6 juta untuk membeli pakan dan obat-obatan kuda dari Pulau Jawa.