KOMPAS.com - Perjuangan Ir. Soekarno atau Bung Karno dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia bukanlah tanpa halangan.
Sebelum peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilakukan di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat, Bung Karno sempat harus dibuang ke pengasingan.
Baca juga: Makam Bung Karno, Lokasi dan Sejarahnya
Bung Karno diketahui pernah diasingkan ke beberapa lokasi seperti Penjara Banceuy, Bengkulu, hingga Ende.
Baca juga: Alasan Bung Karno Berikan Nama Kompas 57 Tahun Lalu
Berikut adalah ringkasan mengenai sejarah dan lokasi pengasingan Bung Karno selama memperjuangkan kemerdekaan.
Baca juga: Di Mana Bung Karno Saat Peristiwa G30S Terjadi?
Penjara Banceuy yang dulu berlokasi di Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat pernah menjadi tempat pengasingan Bung Karno.
Penyebab Bung Karno bersama Gatot Mangkoepradja, Maskoen, dan Soepriadinata diasingkan ke Penjara Banceuy adalah karena aktivitasnya di PNI.
Gerakan tersebut membuatnya ditangkap Belanda pada bulan Desember 1929 dan dipenjara di sini.
Soekarno disebut menempati sel nomor 5 yang hanya berukuran 2,5 x 1,5 meter dan berisi kasur lipat juga toilet non permanen.
Di Penjara Banceuy, Bung Karno menyusun pidato pembelaan atau pledoi berjudul Indonesia Menggugat (Indonesie Klaagt Aan) yang dibacakan pada sidang Pengadilan Hindia Belanda di Gedung Landraad.
Hasil sidang di Gedung Landraad membawa Bung Karno kembali ke pengasingan, kali ini di Lapas Sukamiskin.
Bung Karno diasingkan di Lapas Sukamiskin dari tanggal 9 Desember 1930 hingga 31 Desember 1931
Selama berada Lapas Sukamiskin, Bung Karno ditempatkan di blok utara kamar nomor TA 01 dalam ruangan seluas 5 meter persegi.
Selama berada di sana, Bung Karno menulis buku berdasar pledoinya yang berjudul Indonesia Menggugat.
Dua tahun kemudian, tepatnya pada 28 Desember 1933, Gubernur Jenderal Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, De Jonge, mengeluarkan surat keputusan pengasingan Bung Karno ke Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Penyebab Bung Karno kembali diasingkan dan dibuang ke Ende karena kegiatan politiknya membahayakan posisi Belanda.