SOLO, KOMPAS.com - Takdir baik mengikuti langkah, Setyo Budi Hartanto (36), Atlet para-atletik nomor lompat jauh Indonesia. Awal kemunculan yang sebenarnya karena ketidaksengajan tapi pada akhirnya berhasil menyumbangkan mendali emas untuk negara.
"Takdir baik", begitulah ungkapan Setyo saat ditemui jelang pertandingannya. Dia pun kembali mengingat awal mula memperkuat tim Indonesia.
Ketidaksengajaan itu terjadi saat Setyo lulus SMA pada 2004. Ia memutuskan mengikuti rehabilitasi pada Pusat Rehabilitasi Dokter Soeharso atau Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik (BBRSPDF) Prof. Dr. Soeharso, Kota Solo, Jawa Tengah.
Pria kelahiran 6 Mei 1986 itu, menemukan jalan hidup sebagai atlet di tempat itu. Dia melihat atlet para berlatih. Di saat itulah, dirinya juga dilirik oleh pelatih untuk menjadi atlet para-atletik.
Baca juga: Presiden Jokowi Dipastikan Hadiri Upacara Penutupan ASEAN Para Games 2022 di Solo
Dan benar adanya, setelah menjalani pemusatan latihan selama kurang dari satu tahun, Setyo mempu menunjukkan taringnya sebagai atlet. Taring itu keluar saat Pekan Olahraga Paralimpiade Nasional (Perpanas) di Palembang 2004, dengan meraih medali emas dari cabang para-atletik nomor lompat jauh.
Tak disangka-sangka, pria yang masih terbilang baru di cabang para-atletik ini bisa menyabet emas selanjutnya, pada ASEAN Para Games 2005 di Manila, Filipina.
Bahkan, rekor lompatan terjauhnya saat ini yakni 7,10 meter saat Asian Para Games 2018, mengungguli atlet Jepang Ajimu Hashida dengan lompatan 6,88 meter.
"Jadi jangan pernah hitung apa yang hilang dari hidup kita. Tapi hitung apa yang bisa dari tubuh kita," kata Setyo untuk para saudara disabilitas.
Untuk melatih tubuh dan ketangkasannya melompat, Setyo mengaku ikut dalam kompetisi non-disabilitas di Single Event Indonesia. Hal itu semata-mata membuktikan bawah dirinya mampu bersaing dengan atlet non-disabilitas.
Pria berkulit sawo matang itu sambil menahan air matanya, mengaku orangtuanya lah yang membuatnya kuat dan mandiri sampai saat ini. Bagaimana tidak? Setyo mengaku, sejak lahir dirinya tidak dianggap disabilitas.
Dirinya dilatih dan dibiasakan sebagai non-disabilitas. Baik dalam mengurusi kebutuhan pribadinya hingga melakukan pekerjaan rumah saat masih di Temanggung, Jawa Tengah.
"Orangtua saya. Siapa lagi bukan ibu saya," kata Setyo, yang akhirnya meneteskan air matanya saat ingat ibunya.
Melihat besarnya pengorbanan sang ibu, Setyo bahkan berharap bukan hanya bonus prestasi berupa uang yang diberikan oleh negera saat bisa meraih emas di ASEAN Para Games 2022. Dia berharap ada bonus ibadah haji untuk orang tuanya.
Permintaan ini Setyo ditujukan untuk Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Kepada bapak Presiden, terkhusus kepada bapak Menteri Agama. Minta bonus lagi untuk minta waktu orangtua kita khususnya muslim ibadah haji. Bahkan sampai diberi kesempatan tahun depan saya akan sujut syukur sekali, berharap banget," kata Setyo.