Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produksi Ekoenzim, Murid SD di Cianjur Wajib Bawa Sampah dari Rumah

Kompas.com - 01/08/2022, 18:49 WIB
Firman Taufiqurrahman,
Reni Susanti

Tim Redaksi

CIANJUR, KOMPAS.com – Sekolah dasar di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, ini menerapkan aturan tak biasa bagi siswanya.

Setiap siswa SDN Sukatani, Desa Mayak, Kecamatan Cibeber, Cianjur, ini wajib membawa sampah dari rumah.

Guru akan memberikan tambahan nilai bagi siswa yang rajin dan banyak membawa sampah dapur seperti sisa potongan sayur dan kulit buah.

Limbah organik ini selanjutnya disetorkan ke bank sampah sekolah untuk diolah menjadi ekoenzim.

Baca juga: Mayat dalam Karung Ditemukan di Tempat Pembuangan Sampah Pinggir Jalan

Ekoenzim merupakan larutan atau cairan hasil fermentasi dari limbah organik, seperti limbah sayuran dan buah dengan gula merah atau molase dan air dengan bantuan mikroorganisme.

“Program ini sudah berjalan sejak awal tahun ini, dan hasilnya telah dimanfaatkan di lingkungan sekolah,” kata Kepala SDN Sukatani, Nurhayati kepada Kompas.com, Senin (1/8/2022).

Disebutkan, praktek mendaur ulang sampah ini merupakan kegiatan lintas mata pelajaran karena mengandung aspek sains, teknologi, engineering, dan matematika.

“Termasuk bahasa Indonesia, karena siswa harus melaporkan hasil dari percobaan mereka,“ ujar dia.

Proses Pengolahan

Nurhayati mengemukakan, seluruh proses pengerjaannya melibatkan siswa.

Di luar kegiatan belajar di kelas, siswa mengolah sampah yang mereka bawa dari rumah untuk dijadikan ekoenzim.

“Prosesnya, sisa sayuran dan kulit buah dipotong tipis-tipis untuk difermentasi menggunakan molase dan air di dalam wadah plastik,“ kata Nurhayati.

Baca juga: Mobil dan Gudang Terbakar, Api Diduga Berasal dari Sampah yang Dibakar Pemilik

Agar hasilnya maksimal, maka fermentasi harus dilakukan selama tiga bulan.

Proses fermentasi yang berhasil akan menghasilkan larutan yang bisa dipakai sebagai cairan pembersih dan disinfektan.

"Sedangkan ampas sisa saringannya bisa dijadikan kompos untuk pupuk tanaman," ujar dia.

Pemanfaatan Ekoenzim

Menurut Nurhayati, konsep ekoenzim dipilih karena selain mengurangi volume sampah, dan menciptakan lingkungan yang bersih, hasilnya juga sangat bermanfaat bagi sekolah.

"Jadi cairan pembersih, untuk kaca, lantai, dan ampasnya dimanfaatkan sebagai kompos. Sudah diterapkan di lingkungan sekolah, hasilnya luar biasa. Kalau saya menyebutnya ini cairan ajaib, ya,” ujar Nurhayati.

Menurutnya, kepedulian terhadap lingkungan sejatinya harus ditanamkan sedari dini, dan jenjang pendidikan dasar adalah pondasi untuk menanamkan sikap, moral, karakter dan spiritualitas tersebut.

Baca juga: Ribuan Warga Cianjur Meriahkan Pawai Obor Sambut Tahun Baru Islam

“Meskipun sampah organik ini bisa terurai, tapi kalau volumenya banyak bisa berdampak buruk juga buat lingkungan,” beber dia.

Nurhayati menjelaskan, 60 persen sampah yang dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) merupakan jenis organik.

Karenanya, bila tidak diolah dari hulu, bisa mencemari lingkungan, menimbulkan bau busuk, penyebaran bakteri, penyakit, hingga berpotensi terbakar dan memicu ledakan.

Menurutnya, dalam sehari, setiap orang bisa memproduksi sampah organik 0,7 kilogram, sehingga dalam satu keluarga bisa menghasilkan rata-rata 4 kilogram.

“Tinggal diakumulasikan saja, berapa banyak sampah yang diproduksi oleh kita. Sepertinya konsep buang sampah pada tempatnya harus sudah diubah menjadi sampahku tanggungjawabku,“ ujar dia.

Siswa Jadi Duta Lingkungan

Lebih lanjut dikatakan Nurhayati, mengolah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai guna merupakan wujud kecintaan terhadap lingkungan.

Karena itu, ia berharap kegiatan ini bisa diterapkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari, dan menjadi bagian dari gaya hidup mereka.

“Setidaknya siswa bisa menjadi duta lingkungan bagi dirinya sendiri,“ ucap Nurhayati.

Baca juga: Cianjur Fashion Week Boleh Digelar, tapi Tidak di Zebra Cross karena Bikin Macet

Salah seorang siswa bernama Zahwa Sifa (10) mengaku senang bisa terlibat dalam proyek pembuatan ekoenzim.

Ia mengaku baru tahu jika sampah sayuran dan buah-buahan bisa diolah menjadi cairan yang berguna.

"Sisa-sisa potongan sayur sama kulit buahnya bawa dari rumah, lalu diolah di sini, dibantu ibu guru dan ibu kepala. Awalnya masih ragu-ragu, tapi ke sininya sudah lancar buatnya," ujar siswa kelas V ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diduga Hendak Perang Sarung, Puluhan Pelajar di Demak Diamankan Polisi

Diduga Hendak Perang Sarung, Puluhan Pelajar di Demak Diamankan Polisi

Regional
SPBU di Jalan Utama Kabupaten Semarang Diperiksa untuk Mencegah Kecurangan

SPBU di Jalan Utama Kabupaten Semarang Diperiksa untuk Mencegah Kecurangan

Regional
Peringati Jumat Agung, Remaja di Magelang Rasakan Penyaliban Yesus

Peringati Jumat Agung, Remaja di Magelang Rasakan Penyaliban Yesus

Regional
Aktivitas Gunung Marapi Meningkat, Wagub Audy Minta Warga Waspada

Aktivitas Gunung Marapi Meningkat, Wagub Audy Minta Warga Waspada

Regional
Jalan Rusak Pasca Banjir di Demak Ditargetkan Rampung Sebelum Lebaran

Jalan Rusak Pasca Banjir di Demak Ditargetkan Rampung Sebelum Lebaran

Regional
Sebelum Bunuh Mantan Anak Buah, Bos Madu di Banten Konsumsi 10 Pil Koplo

Sebelum Bunuh Mantan Anak Buah, Bos Madu di Banten Konsumsi 10 Pil Koplo

Regional
Depresi Hamil di Luar Nikah, Remaja Putri di Jepara Bekap dan Buang Bayinya ke Sungai

Depresi Hamil di Luar Nikah, Remaja Putri di Jepara Bekap dan Buang Bayinya ke Sungai

Regional
Harvey Moeis Jadi Tersangka, Kasus Bermula dari Anjloknya Ekspor PT Timah Tbk

Harvey Moeis Jadi Tersangka, Kasus Bermula dari Anjloknya Ekspor PT Timah Tbk

Regional
Jalan Salib di Pulau Sumba, Angkat Isu Kerusakan Alam yang Jadi Masalah Zaman Modern

Jalan Salib di Pulau Sumba, Angkat Isu Kerusakan Alam yang Jadi Masalah Zaman Modern

Regional
150 Kios di Pasar Cipungara Subang Hangus Terbakar, Damkar Kesulitan Padamkan Api

150 Kios di Pasar Cipungara Subang Hangus Terbakar, Damkar Kesulitan Padamkan Api

Regional
Sebanyak 78.572 Keluarga Berisiko Stunting di Bengkulu

Sebanyak 78.572 Keluarga Berisiko Stunting di Bengkulu

Regional
Nyamar Jadi Sopir Ojek Online, Pria di Malang Curi Tas Pemilik Warung Nasi

Nyamar Jadi Sopir Ojek Online, Pria di Malang Curi Tas Pemilik Warung Nasi

Regional
Polresta Cirebon Siaga Kepadatan Pemudik Awal Saat 'Long Weekend'

Polresta Cirebon Siaga Kepadatan Pemudik Awal Saat "Long Weekend"

Regional
Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana Sebut Kinerja Pemprov pada 2023 Meningkat, Berikut Indikator Capaiannya

Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana Sebut Kinerja Pemprov pada 2023 Meningkat, Berikut Indikator Capaiannya

Regional
Berawal dari Rebutan Lahan, Peternak Bebek di Klaten Tewas Usai Adu Jotos dengan Rekannya

Berawal dari Rebutan Lahan, Peternak Bebek di Klaten Tewas Usai Adu Jotos dengan Rekannya

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com