Pemanfaatan Ekoenzim
Menurut Nurhayati, konsep ekoenzim dipilih karena selain mengurangi volume sampah, dan menciptakan lingkungan yang bersih, hasilnya juga sangat bermanfaat bagi sekolah.
"Jadi cairan pembersih, untuk kaca, lantai, dan ampasnya dimanfaatkan sebagai kompos. Sudah diterapkan di lingkungan sekolah, hasilnya luar biasa. Kalau saya menyebutnya ini cairan ajaib, ya,” ujar Nurhayati.
Menurutnya, kepedulian terhadap lingkungan sejatinya harus ditanamkan sedari dini, dan jenjang pendidikan dasar adalah pondasi untuk menanamkan sikap, moral, karakter dan spiritualitas tersebut.
Baca juga: Ribuan Warga Cianjur Meriahkan Pawai Obor Sambut Tahun Baru Islam
“Meskipun sampah organik ini bisa terurai, tapi kalau volumenya banyak bisa berdampak buruk juga buat lingkungan,” beber dia.
Nurhayati menjelaskan, 60 persen sampah yang dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) merupakan jenis organik.
Karenanya, bila tidak diolah dari hulu, bisa mencemari lingkungan, menimbulkan bau busuk, penyebaran bakteri, penyakit, hingga berpotensi terbakar dan memicu ledakan.
Menurutnya, dalam sehari, setiap orang bisa memproduksi sampah organik 0,7 kilogram, sehingga dalam satu keluarga bisa menghasilkan rata-rata 4 kilogram.
“Tinggal diakumulasikan saja, berapa banyak sampah yang diproduksi oleh kita. Sepertinya konsep buang sampah pada tempatnya harus sudah diubah menjadi sampahku tanggungjawabku,“ ujar dia.
Siswa Jadi Duta Lingkungan
Lebih lanjut dikatakan Nurhayati, mengolah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai guna merupakan wujud kecintaan terhadap lingkungan.
Karena itu, ia berharap kegiatan ini bisa diterapkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari, dan menjadi bagian dari gaya hidup mereka.
“Setidaknya siswa bisa menjadi duta lingkungan bagi dirinya sendiri,“ ucap Nurhayati.
Baca juga: Cianjur Fashion Week Boleh Digelar, tapi Tidak di Zebra Cross karena Bikin Macet
Salah seorang siswa bernama Zahwa Sifa (10) mengaku senang bisa terlibat dalam proyek pembuatan ekoenzim.
Ia mengaku baru tahu jika sampah sayuran dan buah-buahan bisa diolah menjadi cairan yang berguna.
"Sisa-sisa potongan sayur sama kulit buahnya bawa dari rumah, lalu diolah di sini, dibantu ibu guru dan ibu kepala. Awalnya masih ragu-ragu, tapi ke sininya sudah lancar buatnya," ujar siswa kelas V ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.