KOMPAS.com – Wakil Ketua Komisi IV DPR Dedi Mulyadi menghentikan seorang penambang batu di pinggir Jalan Pangalengan-Garut Selatan, tepatnya di Desa Sukarame, Kecamatan Caringin, Kabupaten Garut, Sabtu (30/7/2022).
Aksinya itu direkam video dan diunggah dalam akun YouTube miliknya, Kang Dedi Mulyadi.
Dalam video itu, Dedi tampak meminta penambang di lahan pribadi itu untuk menghentikan aktivitasnya karena berpotensi menyebabkan bencana alam.
Namun penambang yang diketahui bernama Furqon itu menolak karena penambangan tersebut merupakan mata pencahariannya. Sekali mengirim tambang batu, Furqon memperoleh pendapatan Rp 250.000.
Baca juga: BNPB: Penyempitan Badan Sungai Sebabkan Banjir di Garut
Dedi pun kembali membujuk Furqon untuk menghentikan aktivitas tambang.
"Ini potensi longsor nggak? Sok pikirkan jangan pakai nafsu (karena uang) tapi pakai hati,” ucap Dedi kepada Furqon.
Setelah lama berpikir, Furqon dengan wajah tertunduk mengakui bahwa apa yang dilakukannya itu bisa menyebabkan bencana.
“Ya mungkin juga, karena namanya alam kan nggak tahu,” kata Furqon.
Menurut Dedi, saat musim kemarau dampak penambangan mungkin belum terasa. Namun jika sudah masuk musim hujan maka potensi longsor sangat besar. Terlebih lokasi tambang yang berada di pinggir jalan sangat membahayakan.
“Kalau ini longsor ada mobil lewat orang tertimpa mati bisa diganti uang nggak? Batu ini punya fungsi menahan sama seperti tulang di tubuh manusia. Kalau tubuh tidak ada tulang bagaimana?” tanya Dedi kembali.
Dedi mengakui kecewa dengan pemerintah mulai dari tingkat desa hingga kabupaten yang terkesan membiarkan penambangan dan penebangan.
Padahal jalur Pangalengan-Garut sejak lama dikenal sebagai daerah rawan longsor.
“Sok sekarang Akang jujur ini ada potensi longsor nggak? Akang sekarang ada niat nggak untuk menghentikan tambang yang berpotensi merugikan banyak orang? Kalau longsor semuanya rugi, kalau ada kendaraan lewat orang bisa meninggal nanti hidupnya susah,” tanya Dedi pada Furqon.
Penjelasan Dedi soal potensi longsor akibat penambangan batu awalnya tidak terlalu dipedulikan Furwon.
Furqon tetap menolak menghentikan kegiatan tersebut karena ia membutuhkan uang tambahan untuk membayar utang ke bank keliling.