MINAHASA UTARA, KOMPAS.com - Dolvi Bindura, Warga Desa Pulisan, Kecamatan Likupang Timur, Minahasa Utara, Sulawesi Utara (Sulut) mampu mengubah limbah sabut dan tempurung kelapa menjadi karya seni bernilai ekonomi.
Ide kreatif pria yang sebelumnya berprofesi sebagai buruh bangunan ini muncul karena melihat banyaknya limbah kelapa yang terbuang dari proses kopra. Dia pun berpikir bahwa limbah tersebut bisa memiliki nilai ekonomi jika mendapat polesan.
Dia pun akhirnya merogoh koceknya untuk untuk membeli sejumlah peralatan kerja manual seharga Rp 400 ribu. Dolvi bersama istrinya Devi Sariati Dili, kemudian memanfaatkan kolong rumahnya untuk menciptakan produk dari limbah Kelapa.
Tahun 2016, Dolvi dan Devi mulai menggeluti kerajinan limbah kelapa dengan produk awal seperti gantungan kunci dan asesoris kecil lainnya. Pasalnya saat itu dia hanya menggunakan peralatan manual miliknya.
Baca juga: Peringatan Malam Satu Suro, Warga Kampung Sindurjan Purworejo Gelar Pawai dengan Traktor Sawah
Penetapan Likupang sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), khusunya sebagai salah satu destinasi wisata super prioritas saat ini memberikan angin segar bagi pasangan ini. Menurutnya hal ini bisa lebih memancing jiwa kreativitasnya dalam berkarya.
Bahkan saat ini karyanya tidak hanya sebatas akesoris atau gantungan kunci saja. Dia mulai mencoba membuat asbak, miniatur pohon kelapa, perahu, lampu hias, patung unik, hingga aneka bentuk binatang yang seluruhnya berbahan utama sabut dan tempurung Kelapa.
Harga hasil karyanya dari limbah kelapa itu pun bervariasi. Untuk produk kecil seperti gantungan kunci harganya mulai dari Rp 10.00. Sementara untuk hiasan seperti naga bisa mencapai jutaan rupiah tergantung tingkat kerumitan dan ukurannya.
Selain dijual kepada warga lokal, sejumlah karyanya mulai dipasarkan ke Filipina, khususnya jenis lampu hias. Dia mengatakan jaringan ke Filipina didapatkannya dari keluarga Devi yang berdomisli di Pulau Sangihe. Seperti diketahui Pulau Sangihe bersebelahan laut dengan Filipina.
Kini, Dolvi bersama istrinya telah memiliki 28 kelompok binaan. Kelompok tersebut berisi ibu-ibu dari desanya maupun desa tetangga yang berminat belajar menghasilkan produk dari limbah kelapa.
Meski demikian, Dolvi dan kelompoknya kadang terkendala peralatan yang digunakannya. Pasalnya alat yang ada saat ini belum bisa membuat produk yang dihasilkan menjadi lebih baik dan halus.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.