Bahkan dibangun shelter tsunami dan early warning system di daerah tersebut.
Baca juga: Bekas Galian Tambang Longsor, 3 Pendulang Emas di Solok Selatan Tewas
Wilayah yang akan dieksploitasi tambangan pasir besi ini juga merupakan kawasan hutan konservasi yang notabane merupakan sabuk hijau pengaman dari bencana ekologis.
Selain itu, Pesisir dan Laut pesisir barat Kabupaten Seluma juga menjadi sumber utama mata pencaharian masyarakat sejak zaman nenek moyang yang dikhawatirkan akan terdampak aktivitas pertambangan pasir besi.
Kemudian remis yang merupakan identitas dan menjadi sumber mata pencaharian tradisional oleh perempuan di pesisir barat akan hilang dan habis.
Diduga kuat menghilangnya remis dari pantai Pesisir Barat Kabupaten Seluma khususnya di Desa Pasar Seluma merupakan salah satu dampak aktivitas pertambangan pasir besi PT Faminglevto Baktiabadi.
Tanggapan Perusahaan
Pengacara PT FBA Ledianto Ramadhan menanggapi maraknya aksi-aksi penolakan tambang pasir besi yang digelar masyarakat beberapa waktu lalu.
"Kami sampaikan hingga saat ini izin kami masih berlaku hingga 2030. Sementara di lapangan belum ada aktivitas produksi yang ada baru uji peralatan. Selain itu kami juga patuh terhadap aturan yang berlaku," kata Ledianto Ramadhan dalam keterangan persnya di Bengkulu, Selasa (12/7/2022).
Baca juga: Polisi Tangkap Bos Tambang Emas Ilegal di Landak Kalbar
Menurut dia, beberapa pemberitaan media dan tudingan masyarakat bahwa perusahaannya beroperasi melanggar aturan hal tersebut tidaklah benar.
"Pernyataan kami tidak memiliki izin itu keliru, ijin kami berlaku hingga 2030, SK Bupati Seluma juga ada. Luas 158 hektare dikurangi 4,3 hektare kawasan cagar alam," jelasnya.
Ia juga menegaskan perusahaan siap berkolaborasi dengan masyarakat dalam hal pemberdayaan, pelatihan, perekonomian, dan lainnya.
"Kami siap membantu warga sekitar apabila diminta. Kami sifatnya akan menerima usulan dari warga terkait apa yang bisa kami bantu, baik itu pelatihan, CSR, pemberdayaan masyarakat hingga perekonomian. Itu komitmen kami," jelas dia.
Sementara itu Kepala Teknis Tambang (KTT), Surya I, menjelaskan pihaknya saat ini belum beroperasi namun masih tahap persiapan produksi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.