Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi Puji Menko Airlangga yang Melobi Jepang soal Ekspor Ikan Tuna Kaleng

Kompas.com - 28/07/2022, 16:27 WIB
Farid Assifa

Penulis

KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi IV DPR Dedi Mulyadi memuji langkah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang melobi Jepang untuk memberikan eliminasi empat pos tarif ikan tuna kaleng serta mendapatkan fasilitas pembebasan bea masuk kuota ekspor pisang dan nanas.

Menurut Dedi, upaya lobi ketua umum Partai Golkar itu dinilai sangat strategis.

“Kalau semua itu berhasil akan memberikan dampak besar untuk kemajuan produk ekspor perikanan dan pertanian,“ ujar Dedi dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Kamis (28/7/2022).

Diketahui Menko Airlangga melakukan kunjungan kerja ke Jepang Rabu (27/7/2022) lalu.

Baca juga: Airlangga, Zulhas, dan Suharso Monoarfa Akan Hadiri Deklarasi KIB di Pekanbaru

 

Dalam kunjungan tersebut, Airlangga bertemu dengan Menteri Pertanian Kehutanan dan Perikanan Jepang Kaneko Genjiro untuk membahas berbagai permasalahan, salah satunya adalah masalah hambatan ekspor.

Dedi menilai, Jepang merupakan pangsa pasar penting untuk produk perikanan dan pertanian dari Indonesia.

Namun ekspor produk perikanan seperti ikan tuna kaleng masih kalah dengan Thailand. Padahal Indonesia penghasil tuna terbesar di dunia.

Salah satu kendalanya adalah ekspor ikan tuna kaleng masih dikenakan tarif di empat pos, sementara Thailand bebas tarif.

“Ini masalah yang sudah lama, semua tuntutan dari Indonesia sebagaimana disampaikan Pak Airlangga, bisa direspons positif oleh Jepang. Regulasi aturan sebagaimana diminta Jepang sudah dilakukan. Makanya, memang butuh lobi ke Jepang lebih intens lagi, Pak Airlangga melakukan peran penting,” ujarnya.

Menurut Dedi, ekspor strategis ke Jepang bukan hanya dalam bidang perikanan.

Dalam bidang pertanian, ekspor nanas dan pisang ke Negeri Sakura itu cukup besar. Bahkan, masih terbuka untuk terus dikembangkan.

Hanya saja, menurut Dedi, kendala yang dirasakan yaitu terkait ekspor pisang yang saat ini masih dikenakan tarif 10-20 persen relatif sama dengan negara lain di ASEAN.

Namun untuk mendapatkan fasilitas pembebasan bea masuk, kuota yang diberikan hanya sebanyak 1.000 ton per tahun.

Permintaan Airlangga agar ada tambahan kuota ekspor pisang hingga 4.000 ton per tahun mendapatkan fasilitas pembebasan bea masuk. “Permintaan ini penting, karena peluang ekspor pisang sangat besar. Kalau bisa tambah pembebasan bea masuk kuota maka akan berdampak besar,” katanya.

Jika itu terjadi maka akan memberikan dampak pada usaha pertanian pisang dan nanas yang akan berkembang dengan pesat. Hingga akhirnya akan juga berdampak pada terbukanya lapangan kerja baru dan nilai tambah ke petani.

Ia melihat saat ini budidaya pisang sedang berkembang pesat di tengah petani. Hal tersebut bisa mendorong penguatan ekonomi kerakyatan dan juga sektor ekspor.

Baca juga: Ditanya Soal Dirjen Kemendag Tersangka Korupsi Migor, Menko Airlangga Irit Bicara

Sementara itu, kendala juga muncul terkait syarat pembebasan bea masuk untuk ekspor nanas ke Jepang karena pengiriman harus mempunyai berat maksimal 900 gram per buah dan kuota maksimal hanya sebesar 500 ton per tahun.

Airlangga meminta Jepang agar dapat mengubah persyaratan untuk mendapatkan pembebasan bea masuk tersebut menjadi maksimal 2 kilogram per buah dan menambah kuota ekspor yang mendapatkan fasilitas insentif menjadi sebesar 2.000 ton per tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Regional
Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Regional
19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

Regional
Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Regional
Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Regional
Cemburu Pacarnya 'Di-booking', Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Cemburu Pacarnya "Di-booking", Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Regional
Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Regional
Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Regional
Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Regional
Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Regional
Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Regional
Ditinggal 'Njagong', Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Ditinggal "Njagong", Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Regional
Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Regional
Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Regional
Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com